ZOE Production

Nama alamat nomor telephone dan Whatsupp

Tuesday, February 16, 2016

Blackmagic Cinema Camera / BMCC




Blackmagic Cinema Camera (BMCC) adalah sebuah cinema camera yang dirilis oleh perusahaan ternama asal Canada: Blackmagic Design pada bulan Juli 2012. Pembelian unit BMCC disertai dengan software handal yaitu Davinci Resolve untuk melakukan pengolahan gambar seperti color grading.

BMCC merupakan kamera sinema digital yang pertama diciptakan dengan harga yang cukup terjangkau yaitu 2,995$ atau sekitar 30juta rupiah. Tidak seperti kamera sinema digital lainnya seperti RED, ALEXA, C300 dsb yang harganya masih di atas 100juta. 


Asumsi saya Blackmagic Design menciptakan kamera ini, adalah untuk membuka kesempatan kepada para sinematografer untuk memproduksi karya sinematik sekelas RED / ALEXA tanpa harus membayar mahal. Good point!

Tentunya jangan berharap lebih dari harga 30juta untuk sebuah digital sinema kamera. BMCC tidak bisa memberikan semua fitur yang dimiliki kamera sinema digital profesional yang harganya diatas 100juta. Tapi setidaknya kini anda memiliki kesempatan untuk menghasilkan kualitas gambar sekelas kamera sinema profesional dengan BMCC. 


Blackmagic Cinema Camera hadir dalam 2 jenis model yaitu Blackmagic Cinema Camera EF ( Canon EF and Zeiss ZE mount) danBlackmagic Cinema Camera MFT (Passive Micro Four Thirds). Perbedaan dari 2 model tersebut hanya pada mounting lensa EF & MFT.



BMCC vs DSLR 

Mengapa BMCC harus berhadapan dengan DSLR? Karena kedua kamera tersebut berada pada level bujet yang hampir sama. Saya pribadi tidak dapat menegaskan bahwa BMCC lebih bagus daripada DSLR. Saya akan kembali bertanya, "dari segi apa?" dari segi kualitas gambar? atau dari segi fleksibilitas dan efisiensi?

Dan jawaban saya adalah dari segi kualitas gambar BMCC mungkin lebih unggul karena :

1. BMCC Memiliki Dynamic Range yang lebih luas yaitu 13 stops sementara kamera DSLR (Contoh: 5D Mark III) hanya memiliki Dynamic Range yang tidak sampai 12 stops. Sehingga kemampuan BMCC dalam menjaga ditail antara highlight dan shadow lebih unggul daripada DSLR. This is what we called A True Cinematic. 




2. BMCC dapat menghasilkan resolusi output yang lebih besar yaitu 2.5K (2432 x 1366) sementara DSLR hanya memiliki resolusi maksimal 1920x1080. Namun shooting dengan RAW 2.5K memiliki post pro workflow yang cukup rumit dan membutuhkan spek komputer bertenaga badak. BMCC memberikan pilihan kepada kita untuk memilih shooting dengan 2.5K RAW at 2432 x 1366 atau ProRes and DNxHD at 1920 x 1080 yang dapat di setting pada menu kamera. Hasil ProRes nya juga berkualitas tinggi gan.

3. However kamera DSLR itu diciptakan untuk fotografi walaupun memiliki kemampuan merekam video yang cukup handal sementara BMCC memang diciptakan atau memiliki positioning sebagai cinema camera.


Nah, kalau kita melihat dari segi fleksibilitas, fitur serta efisiensi jelas DSLR lebih unggul. Contoh:

1. BMCC tidak menggunakan CF card (seperti DSLR) sebagai penyimpanan datanya melainkan menggunakan Solid State Drive (SSD). Sehingga proses penyimpanan dan pemindahan data kurang efisien. Pilih SSD yang certified oleh BMD, contoh: Sandisk Extreme SSD 240Gb / 480Gb. Jangan lupakan untuk membeli Docking Station SSD yang berfungsi untuk mentransfer data dari SSD ke Laptop atau Hard Drive anda.

2. Batre BMCC tidak dapat removeable seperti DSLR. Sehingga kita harus mempunyai external battery sebagai sumber tenaga cadangan. Part ini lumayan menguras kantong anda. Contoh external Battery yang direkomendasi oleh user adalah: Switronix Pro X PB70.

3. BMCC 2.5K memiliki sensor yang lebih kecil daripada DSLR seperti 5D yang memiliki sensor full frame.
 

Jadi, penggunaan lensa pada BMCC tidak dapat disamakan dengan penggunaan lensa pada Canon 5D. Contoh: Kalo 5D menggunakan lensa 16mm maka pada BMCC harus menggunakan lensa 8mm untuk mengejar luas gambar tersebut. Blackmagic Design sudah merilis BMCC 4K yang memiliki sensor sebesar super 35. 




4. BMCC tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk mengubah pengaturan pada kamera ketika sedang on record. Tidak seperti DSLR yang bisa kita adjust shutter / irish ketika sedang merekam gambar.

5. BMCC 2.5K hanya memiliki frame rate maksimal 30fps. Jadi jangan harap bikin video slowmo pake BMCC 2.5K.

Untuk melihat secara langsung perbedaan hasil gambar antara BMCC dengan 5D Mark III silakan lihat video berikut:



Terlepas dari pros & cons pada masing - masing kamera, pilihan ada ditangan anda. Pilih kamera yang sesuai dengan kebutuhan anda. Jika anda ingin meng-upgrade kualitas gambar sinematik anda, Blackmagic Cinema Camera bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun jika kebutuhan anda lebih mengandalkan fleksibilitas dan efisiensi, DSLR bukanlah kamera yang buruk untuk menghasilkan karya sinematik. Fleksibilitas fitur DSLR + Magic Lantern cukup berbahaya dan penuh kejutan 


Apapun kameranya hasil akhir tetap bergantung pada "The Man Behind The Gun" 



Friday, January 29, 2016


Tuesday, January 19, 2016

Iklan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan dan mempromosikan produknya baik berupa barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Cara penyampaian iklanpun beraneka ragam bisa melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, brosur, pamflet, spanduk, billboard dan lain sebagainya yang bersifat statis atau diam. Bisa juga melalui media audio seperti radio, kaset, cd dan sebagainya yang hanya terdiri dari suara tanpa visualisasi gambar. Yang paling banyak memberi pengaruh kepada konsumen adalah iklan yang disampaikan berupa audio visual yaitu melalui media televisi, internet, billboard elektronik dan sebagainya yang menampilkan gambar dan suara dalam penayangan iklannya.

Sunday, January 17, 2016

Apa pun bentuk dan durasinya, dalam liputan wawancara merupakan salah satu sekuen yang paling membekas. “Kehadiran” narasumber memberi wujud pada pokok bahasan yang diseleksi, dan harus disutradarai lewat prosedur teknis yang dikuasai betul. Framing, skala shot, maupun pengambilan suara berandil dalam memaknai wawancaranya sehingga menarik bagi pemirsa.
PERAN KAMERAMEN
  • Utamakan selalu wawancara dalam situasi yang bersangkutan: tukang roti di depan pemanggang, pelukis bersama modelnya, pemain bola berlatih di lapangan. Yang memperkaya penuturan narasumber adalah konteks tempatnya menjalani kehidupan.
  • Telitilah dalam pembuatan frame wawancara, yaitu yang mengandung informasi: jika wawancaranya panjang atau ada kemungkinan disertai tambahan saat montase, shot yang diambil dengan maksud itu—ilustrasi atau shot transisi—haruslah yang melengkapi makna dari wawancara.
  • Pilihlah skala shot yang mencerminkan isi penuturannya:
  1. close-up: isi dari penuturan bersifat pribadi
  2. full shot: sedada—isi dari penuturan bersifat umum
  3. medium long shot: isi dari penuturan bersifat khidmat (pernyataan resmi atau di hadapan umum).
Copyright zOe Production. Powered by Blogger.

Contact Us

Name

Email *

Message *

Lighting, editing