ZOE Production

Nama alamat nomor telephone dan Whatsupp

Showing posts with label Camera. Show all posts
Showing posts with label Camera. Show all posts

Tuesday, February 5, 2019

Pada saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mode). Memotret vas bunga yang diam diatas meja tentu membutuhkan cara autofokus yang berbeda dengan memotret pemain sepak bola.
Dahulu, lensa pada kamera memerlukan pengaturan fokus secara manual. Untuk mencari fokus, kita harus memutar ring fokus pada lensa dan melihat efeknya di jendela bidik untuk mendapatkan gambar yang paling tajam menurut penilaian kita. Kemudian ditemukanlah teknologi auto fokus yang memudahkan kita dalam memotret. Dengan AF (Auto Focus), kamera secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapat hasil terbaik, dalam waktu yang cukup singkat. 
Mode fokus kamera digunakan sesuai dengan kondisi pemotretan dan gerakan obyek.  AF tentu saja sangat membantu, tapi dalam kondisi cahaya yang buruk manual fokus bisa menolong. Pada kamera Nikon, hanya kamera SLR dengan fitur AF motor yang dapat auto focus dengan lensa AF non motor (lensa tipe AF atau AF-D). Sedangkan kamera entry level seperti Nikon D3100, D3200, D5100, D5200 tidak akan dapat fokus otomatis tanpa lensa tipe AF-S.
tombol pada kamera dslr nikon dan canon
tombol pada kamera dslr nikon dan canon

Pada kamera SLR Canon EOS bisa dibilang tidak ada batasan AF seperti di Nikon karena modul auto focus-nya sudah ditanam di lensa. Tapi kekurangan canon adalah hanya memungkinkan lensa auto focus tipe EF-S berfungsi pada kamera tipe APS-C, harus digunakan lensa EF untuk kamera full frame-nya. Sedangkan Nikon tidak peduli jenis lensa AF, AF-D dan AF-S, DX atau pun bukan dapat digunakan di kamera APS-C atau 35mm full frame dan sebaliknya dengan limitasi. Mengenai perbedaan APS-C atau DX dan full frame FX ini dan kode/simbol lensa dibahas di artikel lain. Berikut ini kita bahas mode AF atau fokus otomatis satu persatu.

1. Nikon Single AF (AF-S), Canon One Shoot AF

AF-S yang dimaksud di sini adalah mode fokus, bukan tipe lensa Nikon. Pada Single AF fotografer menentukan lokasi fokus yang diinginkan dengan memindahkan titik fokus kemudian menekan tombol shutter setengah. Biasanya fotografer menggunakan aperture/bukaan besar misalnya f/2.8 yang dikombinasikan dengan mode ini untuk menghasikan foto bokeh atau pemotretan portrait. Mode AF-S sangat direkomendasikan untuk semua situasi yang tidak memfoto obyek yang bergerak cepat karena fotografer diharap dapat menentukan titik fokus yang tepat.
titik fokus kamera canon
tampilan pemilihan titik fokus secara manual pada kamera dslr canon

2. Nikon Continuous AF (AF-C), Canon AI Servo

Mode ini khusus untuk menangani obyek foto yang bergerak seperti anak-anak yang sedang bermain, foto human interest dengan manusia yang aktif bergerak, mobil balap atau olahraga cepat lainnya juga termasuk burung terbang atau hewan liar. Fotografer cukup sekali menentukan obyek fotonya dan fokus dengan menekan tombol shutter setengah alias half pressed, selanjutnya cukup mengarahkan kamera agar tetap dapat otomatis mengikuti gerakan dari obyek foto.
Jika obyek foto bergerak cepat dan kamera dapat fokus dengan tepat maka dapat dihasilkan foto dengan background atau latar kabur yang terarah/motion blur. Efek seperti ini sangat penting untuk fotografi olahraga. Keefektifan dari fokus seperti ini juga dipengaruhi oleh sistem fokus kamera; Semakin canggih kamera yang digunakan, semakin akurat tracking-nya.
canon ai servo
tampilan pemilihan mode auto focus pada kamera dslr canon

3. Nikon Automatic AF (AF-A), Canon AI Focus

Mode ini akan memberikan keputusan pada kamera apakah akan menggunakan AF-S atau AF-C seperti yang dijelaskan di atas. Kamera akan memutuskan hal ini berdasarkan gerakan obyek foto yang ditangkapnya.
nikon focus mode
tampilan pada pemilihan mode auto focus kamera dslr nikon

4. Nikon Manual Focus (MF), Canon Manual Focus

Pada situasi tertentu, misalnya kurang cahaya atau obyek foto terlalu datar atau teksturnya terlalu mulus, kamera dapat tidak mampu mengunci fokus atau fokus ke obyek yang salah. Kita dapat mengaktifkan AF assist, menggunakan flash untuk mengatasi hal ini atau menambahkan cahaya bantu lainnya seperti dari lampu atau reflektor. Flash tambahan seperti Nikon SB-800 atau SB-900 memiliki AF assist yang sangat dapat diandalkan, dalam situasi gelap sekalipun. Tetapi bila tidak memungkinkan maka gunakan manual fokus.
manual fokus canon
auto focus dan manual focus switch pada kamera dslr canon

Fokus seperti ini cukup menyulitkan terlebih pada lensa tele; Untuk membantu mempermudah manual fokus maka gunakan diafragma atau aperture kecil f/4, f/5.6 atau lebih kecil lagi dan gunakan live view jika mungkin. Semua lensa AF bisa diset menjadi manual fokus, tetapi tidak sebaliknya. Lensa manual tidak akan pernah bisa auto focus dan belum tentu didukung oleh kamera untuk metering dan indikator fokusnya. Sedangkan bila kita memanualkan sebuah lensa AF kita tetap dapat melihat indikator fokus atau tidaknya obyek yang kita pilih menurut kamera.
Auto focus kamera tingkat lanjut biasanya juga menawarkan pilihan jumlah titik fokus yang aktif. Pilihan standar adalah tidak mengaktifkan semua titik fokus kamera tapi hanya sekelompok bagian pada frame, biasanya di tengah dan dalam kebanyakan situasi sangat dapat diandalkan. Hanya pada mode AF-C saja direkomendasikan pengaktifan semua titik fokus pada pemotretan tracking obyek bergerak, agar dapat mengantisipasi gerakan obyek foto yang tak biasa.

Tuesday, January 22, 2019

Shutter speed atau sering disebut dengan kecepatan rana merupakan salah satu dari 3 fungsi dasar pencahayaan pada kamera. Aperture/bukaan, kecepatan film/ISO, dan shutter speed / kecepatan rana bekerja sama dalam menyesuaikan seberapa banyak cahaya yang ditangkap oleh sensor/film dan bagaimana cahaya tersebut direkam. Lebih mudahnya, shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula.
Shutter speed merupakan salah satu kontrol penting yang mendasar pada kamera. shutter speed mengatur lama waktunya diafragma/rana terbuka. Dengan kata lain mengatur lama waktunya sensor digital atau film terkena cahaya. Shutter speed diukur dalam detik dan settingnya adalah kelipatan 2. Misalnya sebagai berikut : 1/2000 detik (sangat cepat), 1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2, 1, 2, 4 dan 8 detik (sangat lambat). Bahkan kamera modern sekarang shutter speed ada yang sangat lambat sampai 30 detik dan ada juga fitur bulb yaitu rana akan terbuka terus sesuai kemauan kita (membuka dan menutup secara manual). Selain itu juga dilengkapi fitur pilihan 1/2 atau 1/3 stop sehingga memungkinkan kita untuk merapatkan setiap kenaikan shutter speed.
Shutter speed mempunyai efek lain selain dari fungsi utama tersebut. Semakin cepat kecepatan yang kita pakai, maka efek freezing-nya semakin kuat (membekukan gerakan). Semakin lambat kecepatannya, efek dinamisnya yang akan muncul.

Untuk lebih mudah dalam memahami kecepatan rana, berikut adalah beberapa ilustrasi yang dapat membantu:

Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara untuk waktu eksposur sebanyak 15 detik, kamu akan melihat tulisan seperti ini: 15’’
Setting shutter speed di kamera anda biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting 1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500, 1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
shutter speed kecepatan rana camera
foto layar pengaturan kamera dslr canon dengan mode shutter speed priority (Tv)

Untuk menghasilkan video/foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih cepat, sehingga video/foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil video/foto yang berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod atau menggunakan fitur Image Stabilization.
Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm, gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan shutter speed 1/30 det.
ilustrasi shutter speed kecepatan rana
contoh ilustrasi angka shutter speed untuk membekukan gerakan dan membuat kabur gerakan

Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek bergerak yang ingin kita bekukan dalam video/foto, akan semakin cepat shutter speed yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan mode Shutter Priority (Simbol huruf TV/S) dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Jika kamu perhatikan, video/fotografer olahraga sering menggunakan mode Tv/S ini.
diagram kecepatan kamera shutter speed
contoh ilustrasi shutter speed untuk membekukan (freezing) air mancur

Blur yang disengaja – shutter speed untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek pergerakan. Pastikan kamu mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar video/foto tersebut.
foto panning
contoh foto dengan teknik panning, foto ini dibuat dengan pengaturan kecepatan rendah dan efek blur dapat memberikan kesan yang lebih dramatis

Perlu diingat, bahwa shutter speed tidak bisa berdiri sendiri. Dua kontrol kamera yang lain (aperture dan ISO) saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Selain itu, efek dari masing-masing kontrol tersebut juga berbeda-beda. Walaupun begitu, justru dengan adanya variasi tersebut, kita malah bisa berkreasi untuk membuat suatu video/foto yang unik, indah, dan luar biasa.

Seringkali setelah membeli kamera digital baik dslr maupun saku (pocket), kita terpaku pada mode auto untuk waktu yang cukup lama. Mode auto memang paling mudah dan cepat, namun tidak memberikan kepuasan kreatifitas.
Bagi yang ingin “lulus dan naik kelas” dari mode auto serta ingin meyalurkan jiwa kreatif  kedalam video/foto yang dihasilkan, ada baiknya kita pahami konsep exposure. Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap cahaya melalui sensor kamera. Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor menjadi sebuah gambar. Apabila cahaya yang diterima oleh kamera kurang, gambar akan menjadi gelap – dalam dunia fotografi, hal ini sering disebut dengan Under Exposed (UE). Sebaliknya apabila cahaya yang masuk ke dalam kamera berlebih, gambar akan menjadi terlalu terang atau disebut dengan Over Exposed (OE). 

contoh foto perbandingan exposure compensation (under, standard & over exposed)

Bryan Peterson, telah menulis sebuah buku berjudul Understanding Exposure yang didalamnya diterangkan konsep exposure secara mudah. Peterson member ilustrasi tentang tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami exposure, dia menamai hubungan ketiganya sebagai sebuah Segitiga Fotografi. Setiap elemen dalam segitiga videografi/fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya masuk dan berinteraksi dengan kamera.
Ketiga elemen tersebut adalah:
  1. ISO – ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya
  2. Aperture – seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
  3. Shutter Speed – rentang waktu “jendela’ didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposure. Perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan perubahan dalam elemen lainnya.


3 elemen penting dalam memahami exposure

Perumpamaan Segitiga Eksposur
Mungkin jalan yang paling mudah dalam memahami exposure adalah dengan memberikan sebuah perumpamaan. Dalam hal ini kita umpamakan segitiga exposure seperti halnya sebuah keran air.
  • Shutter speed bagi saya adalah berapa lama kita membuka keran
  • Aperture adalah  seberapa lebar kita membuka keran
  • ISO adalah kuatnya dorongan air 
  • Sementara air yang mengalir melalui keran tersebut adalah cahaya yang diterima sensor kamera
Tentu bukan perumpamaan yang sempurna, tapi paling tidak kita mendapat ide dasarnya. sebagaimana anda lihat, kalau exposure adalah jumlah air yang keluar dari keran, berarti kita bisa mengubah nilai exposure dengan mengubah salah satu atau kombinasi ketiga elemen penyusunnya. Jika kamu mengubah shutter speed, berarti mengubah berapa lama keran air terbuka. Mengubah Aperture berarti mengubah seberapa besar debit airnya, sementara mengubah seberapa kuat dorongan air dari sumbernya.


ilustrasi kran, air, gelas dalam memahami exposure

Kamera saat ini sudah memiliki kemampuan melihat gambar dan menghitung exposure yang canggih. Bahkan informasi tentang kombinasi antara Shutter Speed, Aperture dan ISO dapat tergambarkan dengan sangat baik. Kamera DSLR ataupun kamera pocket/saku sudah memiliki fitur pilihan mode exposure, apakah itu otomatis, semi otomatis atau manual. 
Pada kamera DSLR terdapat mode Exposure (Manual) dan Otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silahkan membuka kembali buku manual kamera masing-masing untuk mengatur mode-mode tersebut pada kamera. 
Untuk menggunakan manual exposure, kamu harus memahami terlebih dahulu tentang Shutter Speed, Aperture dan ISO. Jika ketiganya dipahami, kamu bisa menuangkan air di dalam gelas tanpa harus tumpah ataupun kurang adalah hal yang mudah. 

Exposure Compensation
Exposure Compensation adalah sebuah fitur kamera untuk mengubah hasil perhitungan exposure baik dari manual ataupun auto expoosure. Biasanya disimbolkan dengan sebuah tanda EV +/-

indikator light meter kamera

Kapan kita dapat menggunakan Exposure Compensation? Adalah pada saat kita menggunakan auto/manual exposure, namun hasil foto lebih gelap/terang dari yang diinginkan sebelumnya. Maka naikkan Exposure Compensation sebesar +1EV dan begitu juga sebaliknya, jika ingin foto lebih gelap, turunkan menjadi -1EV atau lebih. 
Rumus Exposure = Shutter Speed + Aperture + ISO = Exposure
Exposure Compensation bukan bagian dari faktor penentu exposure. Exposure Compensation hanya mengubah hasil perhitungan auto exposure saja. Jika kita menerapkan Exposure Compensation positif, maka hasil perhitungan auto exposure kamera akan lebih terang daripada sebelumnya. Jika kita menerapkan Exposure Compensation negatif, maka hasil perhitungan auto exposure akan lebih gelap dari sebelumnya. 

contoh tombol untuk mengubah exposure compensation pada kamera dslr nikon & canon


penjelasan elemen exposure compensation pada layar kamera

Segitiga Exposure wajib untuk dipelajari dan dipahami jika ingin belajar videografi/fotografi lebih lanjut. Selamat mencoba! 


Monday, December 17, 2018



Memilih lensa bukan soal lensa mana yang diinginkan, tapi soal lensa apa yang dibutuhkan.
Kamera yang bagus harus didukung dengan lensa yang sempurna pula untuk menghasilkan foto yang memuaskan. Di antara banyak variasi lensa yang tersedia di pasaran saat ini, kamu perlu mengetahui lensa seperti apa yang dibutuhkan. Coba cek rekomendasi lensa kamera DSLR 2017 berikut ini, siapa tahu ada lensa yang sedang kamu butuhkan di daftar ini. Biar semakin mantap untuk membelinya.

Canon EF 50mm f/1.8 STM
Bagi kamu yang sedang mengincar lensa prime Canon dengan harga yang bersahabat, kamu bisa melirik lensa yang satu ini. Lensanya cukup bisa beradaptasi karena bisa digunaakn di sensor full frame dan APS-C DSLR. Jarak fokusnya tetap 50mm dengan bukaan rana maksimal f/1.8 (cakap untuk efek bokeh). Jarak fokus efektifnya 80mm untuk kamera APS-C dan 50mm untuk kamera full frame. Motor penggeraknya sangat halus dan memiliki silent autofocus untuk foto dan video. Lensa ini cocok untuk fotografi portrait sampai fotografi dengan cahaya minim.

Nikon AF-S FX NIKKOR 50mm f/1.8G (Auto Focus)


Tak mau kalah dengan Canon, Nikon juga memiliki lensa dengan spesifikasi serupa tapi dengan harga yang agak lebih mahal sedikit. Lensa ini bisa digunakan untuk beragam fungsi, mulai dari olahraga sampai portrait, kamu hanya butuh kamera DSLR Nikon (idealnya model FX). Kinerjanya cepat, bentuknya compact dan merupakan pilihan yang tepat untuk fotografer pemula atau pun profesional. Hasil fotonya tajam, detail, dan sanggup mengatasi ketersediaan cahaya yang minim. Hal yang perlu diperhatikan adalah lensa ini memiliki jarak fokus minimum sekitar 50cm, artinya kamu tidak bisa terlalu dekat dengan objek saat ingin memotret.

Sigma 10-20mm f/3.5 EX DC HSM


Sigma dikenal sebagai salah satu produsen lensa papan atas di industri fotografi dan merupakan produsen lensa independen terbesar di dunia. Produk mereka dipercaya sebagai lensa yang kokoh dan dapat diandalkan untuk berbagai macam kamera dan tujuan dari fotografi itu sendiri dan lensa ini pun tak jauh berbeda. Dengan rentang fokus hanya 10-20mm, lensa ini akan memberikan kedalaman ruang yang sangat lebar, bisa membantu untuk menangkap ruangan lebar dalam satu frame, hingga sedikit menciptakan ilusi optik untuk ruangan yang sebenarnya tidak besar. Lensa ini hadir dengan variasi yang bisa digunakan untuk kamera DSLR Canon, Nikon, Pentax dan Sony.

Baca juga: Tips yang harus dilakukan sebelum menjual kamera dan peralatan kamera bekas pakai.

Tamron AF 70-300mm f/4.0-5.6


Para pengguna Nikon perlu mempertimbangkan kemampuan yang ditawarkan lensa besutan Tamron ini karena ini adalah lensa Tamron pertama yang didukung dengan Ultrasonic Silent Drive (USD) yang bisa mendapatkan fokus super cepat. Artinya, lensa ini sangat ideal untuk menangkap momen olahraga seperti balapan, lari, dan objek lainnya yang bergerak cepat. Tamron juga memasangkan fitur kompensasi getaran untuk mendukung fotografi mendapatkan foto yang lebih stabil tanpa bantuan tripod.


Sigma 24-105mm F4.0 DG OS HSM


Lensa ini merupakan salah satu pilihan lensa sapu jagad terbaik yang pernah dibuat. Dengan harga yang relatif terjangkau, kamu akan mendapatkan sebuah lensa yang mengkombinasikan kualitas gambar dan jarak fokus tele dengan kemampuan rasio zoom yang tinggi sehingga hasil foto tidak terdistorsi. Lensa ini hadir dengan fitur Sigma Hyper Sonic Motor (HSM) yang dapat melakukan autofocus secara cepat, tidak berisik, dan akurat serta dengan optical stabilization.

Menentukan lensa yang dibutuhkan memang merupakan tantangan tersendiri dan kelima lensa ini tak harus kamu miliki semua. Cukup pilih yang benar-benar kamu butuhkan kalau tidak mau dompet menipis secara drastis.

Tuesday, February 16, 2016

Blackmagic Cinema Camera / BMCC




Blackmagic Cinema Camera (BMCC) adalah sebuah cinema camera yang dirilis oleh perusahaan ternama asal Canada: Blackmagic Design pada bulan Juli 2012. Pembelian unit BMCC disertai dengan software handal yaitu Davinci Resolve untuk melakukan pengolahan gambar seperti color grading.

BMCC merupakan kamera sinema digital yang pertama diciptakan dengan harga yang cukup terjangkau yaitu 2,995$ atau sekitar 30juta rupiah. Tidak seperti kamera sinema digital lainnya seperti RED, ALEXA, C300 dsb yang harganya masih di atas 100juta. 


Asumsi saya Blackmagic Design menciptakan kamera ini, adalah untuk membuka kesempatan kepada para sinematografer untuk memproduksi karya sinematik sekelas RED / ALEXA tanpa harus membayar mahal. Good point!

Tentunya jangan berharap lebih dari harga 30juta untuk sebuah digital sinema kamera. BMCC tidak bisa memberikan semua fitur yang dimiliki kamera sinema digital profesional yang harganya diatas 100juta. Tapi setidaknya kini anda memiliki kesempatan untuk menghasilkan kualitas gambar sekelas kamera sinema profesional dengan BMCC. 


Blackmagic Cinema Camera hadir dalam 2 jenis model yaitu Blackmagic Cinema Camera EF ( Canon EF and Zeiss ZE mount) danBlackmagic Cinema Camera MFT (Passive Micro Four Thirds). Perbedaan dari 2 model tersebut hanya pada mounting lensa EF & MFT.



BMCC vs DSLR 

Mengapa BMCC harus berhadapan dengan DSLR? Karena kedua kamera tersebut berada pada level bujet yang hampir sama. Saya pribadi tidak dapat menegaskan bahwa BMCC lebih bagus daripada DSLR. Saya akan kembali bertanya, "dari segi apa?" dari segi kualitas gambar? atau dari segi fleksibilitas dan efisiensi?

Dan jawaban saya adalah dari segi kualitas gambar BMCC mungkin lebih unggul karena :

1. BMCC Memiliki Dynamic Range yang lebih luas yaitu 13 stops sementara kamera DSLR (Contoh: 5D Mark III) hanya memiliki Dynamic Range yang tidak sampai 12 stops. Sehingga kemampuan BMCC dalam menjaga ditail antara highlight dan shadow lebih unggul daripada DSLR. This is what we called A True Cinematic. 




2. BMCC dapat menghasilkan resolusi output yang lebih besar yaitu 2.5K (2432 x 1366) sementara DSLR hanya memiliki resolusi maksimal 1920x1080. Namun shooting dengan RAW 2.5K memiliki post pro workflow yang cukup rumit dan membutuhkan spek komputer bertenaga badak. BMCC memberikan pilihan kepada kita untuk memilih shooting dengan 2.5K RAW at 2432 x 1366 atau ProRes and DNxHD at 1920 x 1080 yang dapat di setting pada menu kamera. Hasil ProRes nya juga berkualitas tinggi gan.

3. However kamera DSLR itu diciptakan untuk fotografi walaupun memiliki kemampuan merekam video yang cukup handal sementara BMCC memang diciptakan atau memiliki positioning sebagai cinema camera.


Nah, kalau kita melihat dari segi fleksibilitas, fitur serta efisiensi jelas DSLR lebih unggul. Contoh:

1. BMCC tidak menggunakan CF card (seperti DSLR) sebagai penyimpanan datanya melainkan menggunakan Solid State Drive (SSD). Sehingga proses penyimpanan dan pemindahan data kurang efisien. Pilih SSD yang certified oleh BMD, contoh: Sandisk Extreme SSD 240Gb / 480Gb. Jangan lupakan untuk membeli Docking Station SSD yang berfungsi untuk mentransfer data dari SSD ke Laptop atau Hard Drive anda.

2. Batre BMCC tidak dapat removeable seperti DSLR. Sehingga kita harus mempunyai external battery sebagai sumber tenaga cadangan. Part ini lumayan menguras kantong anda. Contoh external Battery yang direkomendasi oleh user adalah: Switronix Pro X PB70.

3. BMCC 2.5K memiliki sensor yang lebih kecil daripada DSLR seperti 5D yang memiliki sensor full frame.
 

Jadi, penggunaan lensa pada BMCC tidak dapat disamakan dengan penggunaan lensa pada Canon 5D. Contoh: Kalo 5D menggunakan lensa 16mm maka pada BMCC harus menggunakan lensa 8mm untuk mengejar luas gambar tersebut. Blackmagic Design sudah merilis BMCC 4K yang memiliki sensor sebesar super 35. 




4. BMCC tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk mengubah pengaturan pada kamera ketika sedang on record. Tidak seperti DSLR yang bisa kita adjust shutter / irish ketika sedang merekam gambar.

5. BMCC 2.5K hanya memiliki frame rate maksimal 30fps. Jadi jangan harap bikin video slowmo pake BMCC 2.5K.

Untuk melihat secara langsung perbedaan hasil gambar antara BMCC dengan 5D Mark III silakan lihat video berikut:



Terlepas dari pros & cons pada masing - masing kamera, pilihan ada ditangan anda. Pilih kamera yang sesuai dengan kebutuhan anda. Jika anda ingin meng-upgrade kualitas gambar sinematik anda, Blackmagic Cinema Camera bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun jika kebutuhan anda lebih mengandalkan fleksibilitas dan efisiensi, DSLR bukanlah kamera yang buruk untuk menghasilkan karya sinematik. Fleksibilitas fitur DSLR + Magic Lantern cukup berbahaya dan penuh kejutan 


Apapun kameranya hasil akhir tetap bergantung pada "The Man Behind The Gun" 



Saturday, December 28, 2013


Kata-kata itu sering saya dengar dari teman-teman yang memang tidak tahu atau awam dengan kamera. Bahkan dari teman-teman yang bekerja di broadcast sekalipun (di luar Cameraman) banyak yang berkata seperti itu, mungkin dilihatnya asyik banget cameraman bekerja, jadi banyak yang pingin bisa mengoperasikan kamera. Setelah itu timbul pertanyaan berapa lama ya rata-rata orang belajar dari nol sampai bisa mengoperasikan kamera? Jawabannya tergantung. Karena setiap orang tidak sama dalam hal daya serap maupun pengetahuan. Tapi kalau mau belajar pasti tidak lama juga bisa. OK kita sama-sama belajar dari basic, mungkin sedikit pengalaman dan sedikit pengetahuanku bisa membantu.
Basic Camera Operation
Camera video ada berbagai macam merk, bentuk, dan varian. Begitu juga media penyimpanan gambar juga bermacam-macam. Contoh-contoh merk terkenal antara lain: Sony, Panasonic, Phillip, Ikegami, JVC, dan lain-lain. Dari berbagai merk tersebut masing-masing mempunyai beragam varian dan bentuk. Mulai kamera amatir, semi profesional, dan kamera profesional. Media penyimpanan gambar antara lain: Betacam, Dvcam, Dvc-pro, MiniDV, maupun berbentuk card (kartu memori).
Copyright zOe Production. Powered by Blogger.

Contact Us

Name

Email *

Message *

Lighting, editing