ZOE Production

Nama alamat nomor telephone dan Whatsupp

Wednesday, February 7, 2018

TEHNIK SWITCHERMAN (Pemadu Gambar)


    Switcherman (pemadu gambar) adalah seorang yang mempunyai sense atau seseorang yang mempunyai tingkat abstraksi tinggi dalam memprediksi dan mengolah input gambar yang ada menjadi sebuah karya seni yang mempunyai keserasian dan  harmonisasi. Oleh karena itu biasanya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki kedekatan persepsi atau memiliki kecocokan karakter dengan sutradara atau pengarah acara atau Directing  yang diikutinya.

    Dengan kata lain switcherman adalah tangan kanan dari sutradara, karena keberhasilan terciptanya output gambar yang baik sangat ditentukan dari bagaimana seorang switcherman dapat mengarahkan kru produksi.
    Pada dasarnya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki mental yang sangat kuat, artinya seorang switcherman harus dapat bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai kemungkinan positif ataupun negatif pada saat syuting berlangsung. 
    Perpaduan antara mata, telinga, intuisi, reaksi dan koordinasi kru menjadi sebuah kesatuan yang terikat satu dengan lainnya. Apalagi bila kamera mencapai 10 hingga 20 kamera (Multi Camera), switcherman harus bisa menyelaraskan antara koordinasi kerja dengan penciptaan seni visual yang kreatif.  
    Ketika switcherman duduk menghadapi vision mixer, TV monitor, preview monitor, PGM monitor, headset dan seabrek peralatan syuting master control lainnya seorang switcherman harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol semua peralatan yang ada.
    Tanpa pengetahuan yang cukup dan skill yang baik switcherman akan mengalami kesulitan, belum lagi pada saat yang bersamaan seorang switcherman dituntut harus berfikir kreatif dan menggerakan seluruh kru produksi
    Ada lima hal dasar yang harus switcherman kuasai guna mendapatkan gambar terbaik dalam proses produksi, hal ini adalah “visual image” yaitu:

    Monitoring

    Switcherman harus selalu memonitor brightness, contrass, dan colours pada layar monitor. 

     1.  Matching cameras

    Pada saat memadukan gambar dari berbagai kamera maka switcherman harusmemperhatikan apakah gambar tersebut telah match baik dari sisi warna, eksposur maupun komposisi gambar. 


     2.  Ligthing Control

    Setiap saat perubahan cahaya diperlukan sesuai dengan angle setiap kamera. Anda harus dapat berbicara langsung kepada Ligthing Operator atau Lighting Director yang mengatur penataan cahaya. Selain itu switcherman selalu berpedoman menggunakan konsep dasar three point lighthing (key light, fill light, backlight). 

    3.  Camera Exposure

    Switcherman harus selalu mengamati (mengatur) gain (contrast) dan lift (brightness) dari setiap kamera dan melakukan adjustment agar tidak terjadi penerimaan pencahayaan yang berbeda dari setiap kamera. Dalam hal ini switcherman selalu mendiskusikan dengan Technical Director atau technical video dan kontrol melalui CCU (Camera Control Unit).

    4.  Colour Balancing

    
    Pengawasan warna dari setiap objek yang dituju adalah tugas switcherman  yang sangat membutuhkan kepekaan dan kejelian dalam memilih. 
    Switcherman harus melakukan match colour untuk gambar yang terang ataupun gelap, merperhatikan background setiap angle kamera, apakah semua warna sudah cocok, seimbang dan selaras dengan paduan warna dari berbagai objek.

    5.  Virtual Set


    Pada produksi program menggunakan Virtual Set seorang switcherman harus memahami  konfigurasi dan kalibrasi studio, mengumpulkan semua data dan mengubah posisi kamera dan fokus ke koordinat 3D untuk memenuhi  logika obyek (object logic).  Memahami  proses penyelarasan antara obyek  background hijau atau green screen dengan background grafis 3D.  Seperti  poin 3 dalam hal ini switcherman selalu mendiskusikan dengan Technical Director atau technical video dan kontrolah melalui CCU (Camera Control Unit). Selain lima hal dasar tadi seorang switcherman juga perlu menguasai tehnik-tehnik produksi multi kamera, tehnik ini meliputi :

    1.  Cutting Speed on Direct Editing

    Pada jenis produksi yang menggunakan system multi kamera dalam siaran langsung (Live Show) tidak ada pengulangan  jika terjadi kesalahan dalam pemilihan gambar atau cutting speed maka tidak bisa di edit, maka seorang switcherman harus mempelajari sebelumnya karakter program yang akan dikerjakan untuk menghindari  kata ulang. 
    Dengan demikian, seorang switcherman harus memahami teknik cutting speed atau teknik kecepatan memotong gambar yang satu dan  mengganti dengan gambar yang lain

    Sebuah shot yang paling baik adalah shot dengan durasi 5 detik, artinya minimal gambar akan muncul dilayar selama 5 detik. Bila pemotongan gambar dilakukan lebih cepat dari 5 detik maka gambar tersebut akan mengganggu kesinambungan adegan, kecuali bila sutradara dituntut untuk memotong gambar dengan cepat karena tuntutan adegan! Misalnya, dalam syuting diarena adu balap Mobil F1, kecepatan pemotongan gambar dapat dilakukan dalam shot berdurasi minimal 3 detik. Artinya gambar 3 detik masih dapat diterima mata penonton. Apalagi dalam adegan-adegan yang kebut-kebutan melewati lawan, mungkin saja diperlukan pemindahan gambar yang cepat untuk mendapatkan posisi gambar yang menarik dan dapat memuaskan mata penonton.

    2. Timing on Switching

    Seorang sutradara televisi harus menguasai 2 buah teknik pemindahan gambar, yaitu dipotong(cutting) dan ditumpuk (dissolving). 
    Kedua cara ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu memindahkan gambar dari kamera satu kepada kamera lainnya sesuai dengan tuntutan acara atau cerita. Namun, keduanya memiliki karakter yang sangat berbeda sesuai dengan tuntutan cerita yang berbeda juga. Semuanya tergantung pada kreativitas dan kemampuan memadukan pemindahan (switching) sesuai dengan saat yang tepat (in the right timing). Bila terlambat memindahkan gambar maka kenikmatan penonton akan terganggu. Demikian juga sebaliknya. 


    3. The Switching Tehnique  

     a.  Switching by scene
    Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan adegan (scene) dalam setiap objek yang mempunyai blocking tertentu yang telah direncanakan dalam script breakdown. 
    Objek tersebut dapat berupa pemain, presenter ataupun penari yang pergerakannya disesuaikan dengan penataan (blocking) kamera. Dalam switching by scene dibutuhkan breakdown naskah yang berbentuk shotlist*, agar tidak ada kesalahan dan keterlambatan dalam pemindahan gambar. Biasanya, switching by scene sangat diperlukan untuk penyutradaraan Drama dan Sit-Kom. * Shotlist adalah lembaran tulisan panduan yang terdiri dari Time code, pembagian camera (multi camera) dan type shoot.

    b.  Switching by Narration(or lyric)

    Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan narasi atau Lirik dalam setiap objek isi naskah yang dibacakan oleh presenter ataupun voice over. Penataan kamera disesuaikan dengan isi dari penulisan naskah. Switching by lyric dapat dilakukan dengan menggunakan storyboard dalam bentuk adegan (scene). 
    Juga dapat dipakai untuk penggarapan program-program video instructional seperti Acara Memasak, Dokumenter, Acara “Kiat Menjahit Baju”  ataupun Acara “Pelajaran Bahasa Inggris”.

    c. Switching by Moment

    Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan momen atau kejadian langsung yang dilakukan dan dialami langsung oleh objek yang dituju. Kekuatan Switching by Moment adalah kemampuan sutradara untuk merekam dan mengambil gambar dari kejadian-kejadian yang tidak terduga dan tidak direncanakan. 

    Misalnya ketika balap mobil terjadi tabrakan beruntun pada lap akhir. Kejelian mata, kecepatan, dan ketepatan memberikan komando kepada penata kamera sangat bergantung kepada switcherman. 
    Untuk momen yang tidak dapat diulang, switcherman harus bisa membaca mengantisipasi posisi dan lokasi di mana momen menarik akan terjadi. 
    Program acara gameshow, olahraga, siaran langsung, dan konser musik sangat mengandalkan momen. Biasanya, momen akan terekam dengan menggunakan wideshot pada lokasi tertentu.

    d.  Switching by rhythm (or beat)

    Teknik ini banyak digunakan pada produksi musik atau produksi yang menggunakan ilustrasi music, teknik pemindahan gambar berdasarkan lebih banyak menggunakan tempo dan beat dari ketukan, birama, sesuai suara musik ataupun soundeffect yang terpadu dalam setiap objek. Biasanya, switching yang didasari oleh tempo dilakukan untuk penyutradaraan konser musik dimana pemindahan gambar dihitung berdasarkam irama lagu. 
    Setiap jenis musik mempunyai irama switching yang berbeda. Untuk musik rock misalnya, pemindahan bisa dilakukan setiap 4/4 ketukan. Sementara untuk musik klasik, pemindahan bisa dilakukan setiap dua kali 4/4 ketukan. 
    Switching ini sangat membutuhkan sense of music yang baik.

    4.  What and when to dissolve?

    
   Teknik dissolve adalah pemindahan gambar dengan cara penumpukan gambar antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Teknik ini digunakan untuk menghaluskan proses pemindahan gambar sesuai dengan karakter dan kebutuhan program acara yang diproduksi. 
    Teknik dissolve dilakukan pada acara musik bertempo lambat, perpindahan segmentasi acara Variety show, drama percintaan,dan berbagai topik dalam produksi features. 
    Sementara untuk acara kuis, game show, drama actio,  sit-kom, dan liputan olahraga jarang digunakan. Tehnik ini hanya digunakan setiap saat switcherman membutuhkannya, khususnya pada gambar-gambar yang menunjukkan keindahan, kecantikan, kepedihan, dan tragedi.




    5.  Frame to Frame Dissolving

    Ini adalah teknik penumpukan gambar dengan menyelaraskan setiap frame atau gambar yang akan ditumpuk gambarnya. 
    Teknik ini dilakukan untuk mengisi komposisi gambar yang sengaja disediakan untuk diisi dengan gambar lainnya agar gambar menjadi indah. Misalnya, posisi frame di kamera 1 (on air) adalah close up dengan objek berada di sebelah kiri, sementara kamera 2 (preview) menyediakan gambar posisi objek fullshot di sebelah kanan. Kemudian, bila gambar ditumpuk masing-masing 50% , akan mendapatkan 2 gambar dengan 2 adegan bersamaan dalam satu frame. 
    Teknik ini banyak digunakan untuk Acara Konser Musik dan tari-tarian.
  
    6.   Eye Monitoring

    Pada saat shooting multi kamera, switcherman bukan hanya berkonsentrasi kepada Monitor PGM-Program (Master rekaman) atau monitor On Air saja,  tetapi monitor dari seluruh kamera yang memberikan tawaran shot. 
    Pemberian arahan yang tepat dari switcherman kepada penata kamera on air  menjadi poin penting dalam sebuah proses shooting. 
    Untuk menghidari kesalah pahaman instruksi maka dibutuhkan aba-aba yang jelas diantaranya :
           -          Countdown menghitung berdasarkan hitungan detik/secon misal              10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, cue
           -         Aba-aba ke kameraman type shoot misal : stand by cam 1 CU                  next cam 3 wide shoot dst.

        Pemahaman Bagaimana Switcher bekerja ?

    Fungsi dasar Switcher 

    Fungsi dasar switcher dalam produksi adalah memilih sumber video yang sesuai, melakukan transisi dasar antara dua sumber dan menciptakan atau mengakses pengaruh khusus switcher yang bisa secara otomatis menyambungkan program dengan video. 
    Sebagai contoh, Jika kita bekerja dengan  dua kamera atau lebih maka yang kita lakukan adalah memisahkan satu sama lain, dua tombol (satu untuk kamera 1 dan yang satunya untuk kamera 2) dan itu sudah lebih dari cukup. 

    Dengan menekan kamera 1 dan meletakkan kamera  on air yaitu rute line-out, yang membawanya ke transmitter atau recorder. Lalu dengan menekan tombol kamera 2 akan membuatnya on the air. 
    Jika kita bekerja dengan tiga kamera, maka kita akan perlu tombol-tombol, yang masing-masing dikaitkan dengan input kamera. Apa yang ingin diperluas menyertakan Character Generator (CG) dan remote feed? Kita perlu tiga tombol tambahan – satu untuk Video Tape Recorder (VTR), CG dan satu untuk remote feed. Ketika layar anda ingin dibuat ‘go to black’ anda perlu tombol blk(black) tambahan. 

    Rangkaian tombol, yang disebut bus menjadi enam. Dalam sebuah produksi switcher tidak hanya punya lebih banyak tombol pada tiap bus, tetapi ada beberapa bus juga.   

    Layout Switcher 


    Mungkin mudah untuk memahami berbagai bagian switcher dengan merekonstruksi satu yang memenuhi fungsi switcher dasar: cut, dissolve, super dan fade. Ini juga membuat kita memperhatikan input video terpilih atau efek sebelum anda memancarkannya (on air). Ketika membuat switcher,  kita akan menyadari bahwa switcher sederhana bisa menjadi rumit dan kita perlu menggabungkan beberapa fungsi untuk membuatnya bisa diatur.   Bus program Jika yang kita ingin lakukan adalah cut (mengganti secara instan) dari satu sumber video ke yang lain tanpa meninjaunya, kita bisa bekerja dengan rangkaian tombol sederhana yang masing-masing merepresentasikan input video yang berbeda. 

    rangkaian tombol ini, yang mengirimkan segala sesuatu yang anda pasang secara langsung di line-out (dan dari sana ke transmitter atau recorder video), disebut bus program. Bus program merepresentasi, pengaruhnya, pada tombol selector pada line-out. Ini merupakan input/output langsung, sehingga disebut direct bus. Ada tambahan pada permulaan program bus, yang dilabeli ‘blk’ atau ‘black/hitam’, tombol blk membuat layar menjadi hitam.  
     
    Bus mix  
    
    Jika kita menginginkan switcher melakukan dissolve gambar mana secara bertahap melengkapi dan mengganti yang lain, supers (melengkapi atau mencampuri dua gambar), dan fader (penampilan bertahap gambar dari hitam atau tidak tampilnya hitam). Selain itu pada cuts sederhana, kita perlu dua bus lagi – mix bus – dan lever yang disebut fader bar yang mengontrol kecepatan mix (dissolve dan fade) dan inti super. 
    Ketika menggerakkan fader bar ke luas travel penuh, gambar satu bus dipudarkan ketika gambar bus lain dihilangkan. Dissolve aktual terjadi ketika gambar video image dua bus secara temporal melengkapi. Ketika kita menghentikan fader bar sedikit di tengah, kita menangkap dissolve dan menciptakan super imposisi dua sumber video. 
    Bagaimana program bus mendapat ‘mix’ pada line-out? Kita masih harus menambah tombol lain ke bus program yang bisa mentransfer ke line –out video yang dimunculkan oleh bus mix. Tombol mix ini jauh dari bus program. 
    
    Bus preview
    Bus preview identik dengan bus program dalam hal jumlah dan susunan tombolnya. Fungsinya juga sama kecuali bahwa line-out dari bus preview tidak on the air atau pada peralatan rekaman, tetapi hanya pada monitor preview (p/v). misalnya jika anda menekan tombol kamera 1 pada bus preview, gambar kamera 1 nampak pada monitor preview tanpa mempengaruhi output bus program, misalnya CG. 
    Jika anda tidak menyukai gambar kamera 1 dan ingin mengganti ke kamera 2 anda cukup menekan tombol kamera 2 pada bus preview. Bus program masih akan menampilkan teks CG pada monitor line. Bus preview juga disebut preset bus jika berfungsi sebagai monitor yang menunjukkan berbagai efek preset.    
    Seperti yang ditampilkan komputer dua layar pada editor pasca produksi, monitor preview dan line biasanya saling mengisi untuk menunjukkan apakah 2 shot yang ada akan memotong bersama, yaitu kontinuitas vector yang ada dan posisi pemetaan mental.

    Bus effect


    Jika kita menginginkan switcher kita mengerjakan beberapa efek khusus, misalnya berbagai wipe (satu gambar yang dibingkai dalam bentuk geometris yang secara bertahap mengganti yang lain), kunci judul (huruf yang disisipkan dalam gambar background) dan manipulasi gambar lain (transformasi bentuk dan atau warna), desain dasar harus masuk pada setidaknya dua/lebih bus efek dan fader bar tambahan. 
    Kemudian kita mungkin ingin memperluas input video yang lain untuk mengakomodasi beberapa kamera lagi, dua/tiga VTR, sistem elektronik still store (ESS), generator grafik, dan remote feed. 
    Switcher ini memiliki banyak tombol dan lever yang mengontrol mereka akan menjadi tugas yang berat, khususnya pada multi kamera, produksi live atau live-on-tape. 

    Struktur Multifungsi

    Untuk membuat switcher dapat diatur, manufaktur telah mendesain bus yang melakukan fungsi ganda. Selain memisahkan bus program, mix dan efek dan preview, kita bisa menggunakan bus berbagai fungsi mix effect (M/E). ketika kita mengganti dua bus M/E (A dan B) pada mode mix, kita bisa mencampur (mix) dari A ke B. atau bahkan melakukan super (dengan menghentikan dissolve di tengah jalan). 
    Dengan mengganti mode efek, kita bisa mencapai efek khusus, misalnya berbagai wipe dari A ke B. bahkan kita bisa memberikan bus program dan preview berbagai fungsi M/E ketika masih menunjukkan fungsi asli. Tombol yang kita kirim ke bus yang cukup logis disebut delegation control. Pembahasan berikut mengidentifikasi berbagai bus dengan bagaimana mereka berinteraksi pada switcher multifungsi sederhana.
    
    Busmayor Sebagaimana bisa kita lihat, switcher pada gambar diatas hanya memiliki 3 bus: bus preview/preset (barisan tombol yang lebih rendah), bus program (barisan tengah), dan bus key (barisan atas). Ini juga memiliki sejumlah kelompok tombol yang memungkinkan anda bisa membuat efek tertentu.     
    Bus program selalu mengarahkan outputnya ke line out. Misalnya jika kita menekan tombol C-1 pada bus program. Kamera 1 on the air. Jika kemudian menekan tombol VTR anda memutus dari kamera 1 ke video VTR. Jika kita tidak ingin mempreview gambar yang ada dan penggantinya ‘cuts-only’, kita bisa melakukan semua itu pada bus program. 
    Ketika menggunakan fungsi mix atau effect akan di bus A M’E. 
    Bus preview/preset membuat kita bisa mempreview sumber video yang kita pilih sebagai shot berikutnya. 
    Apapun yang kita tekan pada bus preset ini akan secara otomatis tampil pada monitor preview/preset. Segera setelah kita mengaktifkan transisi tertentu (cut, dissolve, wipe), gambar preview ini akan mengganti gambar on the air seperti yang ditunjukkan pada monitor line. 
    Seperti yang bisa kita lihat, preview/preset ini berfungsi sebagai bus M/E. sekarang kita bisa memahami mengapa ini disebut bus preview/preset. Ini adalah bus preview karena bisa membuat bisa mempreview sumber yang ada. 
    Disebut bus preset karena bisa membuat anda mengatur shot yang ada. Meskipun fungsinya ganda bus ini secara umum dikenal sebagai bus preview.       

    Dengan terminology yang agak rumit, bus program dan preview/presetkadang disebut bus ‘background’, karena bisa berfungsi sebagai background berbagai efek. Mari kita anggap bahwa kita memiliki kamera 1 yang dipasangkan pada bus program (bus A M/E), yang menunjukkan CU (close up) model komputer terakhir. Ketika kita menyisipkan nama komputer pada saat ini, bus program memberikan image background (CU komputer) untuk key judul ini. 
    Rangkaian tombol ketiga (atas) adalah bus key. Ini membuat kita bisa memilih sumber video misalnya huruf yang diberikan oleh CG untuk disisipkan dalam image background, yang diberikan bus program.  
    Kontrol ini memungkinkan kita memilih transisi/efek. Pada switcher multifungsi, mereka ditempatkan tepat setelah fader bar.     

    Dengan menekan tombol background (bkgd), kita menempatkan bus program dan preview/preset A (dan B) pada mode mix. 
    Bagaimanapun kita memasang pada bus program (A) akan on the air, sehingga menunjukkan monitor line. Bagaimanapun kita menekan bus preview/preset (B) akan menunjukkan monitor preview, siap untuk mengganti – melalui cut – gambar dari bus A adalah on the air. Lalu dengan tambahan menekan tombol merah mix pada bagian delegasi switcher, anda telah memperluas transisi dari cuts-only ke dissolve dengan baik. 
    Sekarang kita bisa memotong dari satu sumber video ke yang lain atau dissolve antara mereka. Ketika kita menekan tombol wipe merah, bukan tombol mix, transisi akan menjadi wipe bukan dissolve.          
    Dengan menekan tombol key, anda mengaktifkan bus atas (key). Pada bus ini kita bisa memilih sumber pokok yang sesuai, misalnya CG, yang disisipkan ke dalamgambar background yang diaktifkan pada bus program (A) sehingga on the air. Kembali ke contoh komputer kami, tombol C1 pada bus program (A) akan memberikan image background komputer, dan tombol CG pada bus key, nama komputer. 
    Manfaat switcher multifungsi adalah memampukan kita untuk bisa mencapai semua efek ini dengan hanya tiga bus.


No comments:

Post a Comment

Copyright zOe Production. Powered by Blogger.

Contact Us

Name

Email *

Message *

Lighting, editing