Switcherman (pemadu gambar) adalah seorang yang mempunyai
sense atau seseorang yang mempunyai tingkat abstraksi tinggi dalam memprediksi
dan mengolah input gambar yang ada menjadi sebuah karya seni yang mempunyai
keserasian dan harmonisasi. Oleh karena
itu biasanya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki kedekatan
persepsi atau memiliki kecocokan karakter dengan sutradara atau pengarah acara
atau Directing yang diikutinya.
Dengan kata lain switcherman adalah tangan kanan dari
sutradara, karena keberhasilan terciptanya output gambar yang baik sangat
ditentukan dari bagaimana seorang switcherman dapat mengarahkan kru produksi.
Pada dasarnya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki mental yang
sangat kuat, artinya seorang switcherman harus dapat bertanggung jawab dalam
menghadapi berbagai kemungkinan positif ataupun negatif pada saat syuting
berlangsung.
Perpaduan antara mata, telinga, intuisi, reaksi dan koordinasi kru
menjadi sebuah kesatuan yang terikat satu dengan lainnya. Apalagi bila kamera
mencapai 10 hingga 20 kamera (Multi Camera), switcherman harus bisa menyelaraskan antara koordinasi kerja dengan penciptaan seni visual yang
kreatif.
Ketika switcherman duduk
menghadapi vision mixer, TV monitor, preview monitor, PGM monitor, headset dan
seabrek peralatan syuting master control lainnya seorang switcherman harus
mempunyai kemampuan untuk mengontrol semua peralatan yang ada.
Tanpa
pengetahuan yang cukup dan skill yang baik switcherman akan mengalami
kesulitan, belum lagi pada saat yang bersamaan seorang switcherman dituntut harus berfikir kreatif dan menggerakan
seluruh kru produksi.
Ada lima hal dasar yang harus switcherman kuasai guna
mendapatkan gambar terbaik dalam proses produksi, hal ini adalah “visual image”
yaitu:
Monitoring
Switcherman
harus selalu memonitor brightness, contrass, dan colours pada layar
monitor.
1. Matching cameras
Pada saat
memadukan gambar dari berbagai kamera maka switcherman harusmemperhatikan
apakah gambar tersebut telah match baik dari sisi warna, eksposur
maupun komposisi gambar.
2. Ligthing Control
Setiap saat perubahan cahaya diperlukan sesuai dengan angle
setiap kamera. Anda harus dapat berbicara langsung kepada Ligthing Operator
atau Lighting Director yang mengatur penataan cahaya. Selain itu switcherman
selalu berpedoman menggunakan konsep dasar three point lighthing (key light,
fill light, backlight).
3. Camera Exposure
Switcherman harus selalu mengamati (mengatur) gain (contrast)
dan lift (brightness) dari setiap kamera dan melakukan adjustment agar tidak
terjadi penerimaan pencahayaan yang berbeda dari setiap kamera. Dalam hal ini
switcherman selalu mendiskusikan dengan Technical Director atau technical video
dan kontrol melalui CCU (Camera Control Unit).
4. Colour Balancing
Pengawasan warna dari setiap objek yang dituju adalah tugas
switcherman yang sangat membutuhkan
kepekaan dan kejelian dalam memilih.
Switcherman harus melakukan match colour
untuk gambar yang terang ataupun gelap, merperhatikan background setiap angle
kamera, apakah semua warna sudah cocok, seimbang dan selaras dengan paduan
warna dari berbagai objek.
5. Virtual Set
Pada produksi program menggunakan Virtual Set seorang
switcherman harus memahami konfigurasi
dan kalibrasi studio, mengumpulkan semua data dan mengubah posisi kamera dan
fokus ke koordinat 3D untuk memenuhi logika
obyek (object logic). Memahami proses penyelarasan antara obyek background hijau atau green screen dengan background
grafis 3D. Seperti poin 3 dalam hal ini switcherman selalu
mendiskusikan dengan Technical Director atau technical video dan kontrolah
melalui CCU (Camera Control Unit). Selain lima hal dasar tadi seorang switcherman juga perlu
menguasai tehnik-tehnik produksi multi kamera, tehnik ini meliputi :
1. Cutting Speed on Direct Editing
Pada jenis produksi yang menggunakan system multi kamera dalam
siaran langsung (Live Show) tidak ada pengulangan
jika terjadi kesalahan dalam pemilihan
gambar atau cutting speed maka tidak bisa di edit, maka seorang switcherman
harus mempelajari sebelumnya karakter program yang akan dikerjakan untuk
menghindari kata ulang.
Dengan demikian, seorang switcherman harus memahami
teknik cutting speed atau teknik kecepatan memotong gambar yang satu dan mengganti dengan gambar yang lain.
Sebuah shot yang paling baik adalah shot
dengan durasi 5 detik, artinya minimal gambar akan muncul dilayar selama 5
detik. Bila pemotongan gambar dilakukan lebih cepat dari 5 detik maka gambar
tersebut akan mengganggu kesinambungan adegan, kecuali bila sutradara dituntut
untuk memotong gambar dengan cepat karena tuntutan adegan! Misalnya, dalam
syuting diarena adu balap Mobil F1, kecepatan pemotongan gambar dapat dilakukan
dalam shot berdurasi minimal 3 detik. Artinya gambar 3 detik masih dapat
diterima mata penonton. Apalagi dalam adegan-adegan yang kebut-kebutan melewati
lawan, mungkin saja diperlukan pemindahan gambar yang cepat untuk mendapatkan
posisi gambar yang menarik dan dapat memuaskan mata penonton.
2. Timing on Switching
Seorang sutradara televisi harus menguasai 2 buah teknik
pemindahan gambar, yaitu dipotong(cutting) dan ditumpuk (dissolving).
Kedua
cara ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu memindahkan gambar dari kamera satu
kepada kamera lainnya sesuai dengan tuntutan acara atau cerita. Namun, keduanya
memiliki karakter yang sangat berbeda sesuai dengan tuntutan cerita yang
berbeda juga. Semuanya tergantung pada kreativitas dan kemampuan memadukan
pemindahan (switching) sesuai dengan saat yang tepat (in the right timing).
Bila terlambat memindahkan gambar maka kenikmatan penonton akan terganggu.
Demikian juga sebaliknya.
3. The Switching Tehnique
a. Switching by scene
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan adegan (scene)
dalam setiap objek yang mempunyai blocking tertentu yang telah direncanakan
dalam script breakdown.
Objek tersebut dapat berupa pemain, presenter ataupun
penari yang pergerakannya disesuaikan dengan penataan (blocking) kamera. Dalam
switching by scene dibutuhkan breakdown naskah yang berbentuk shotlist*, agar tidak ada kesalahan
dan keterlambatan dalam pemindahan gambar. Biasanya, switching by scene sangat
diperlukan untuk penyutradaraan Drama dan Sit-Kom. * Shotlist adalah lembaran tulisan panduan yang terdiri dari
Time code, pembagian camera (multi camera) dan type shoot.
b. Switching by Narration(or lyric)
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan narasi atau
Lirik dalam setiap objek isi naskah yang dibacakan oleh presenter ataupun voice
over. Penataan kamera disesuaikan dengan isi dari penulisan naskah. Switching
by lyric dapat dilakukan dengan menggunakan storyboard dalam bentuk adegan
(scene).
Juga dapat dipakai untuk penggarapan program-program video
instructional seperti Acara Memasak, Dokumenter, Acara “Kiat Menjahit Baju” ataupun Acara “Pelajaran Bahasa Inggris”.
c. Switching by Moment
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan momen atau
kejadian langsung yang dilakukan dan dialami langsung oleh objek yang dituju.
Kekuatan Switching by Moment adalah kemampuan sutradara untuk merekam dan
mengambil gambar dari kejadian-kejadian yang tidak terduga dan tidak
direncanakan.
Misalnya ketika balap mobil terjadi tabrakan beruntun pada lap
akhir. Kejelian mata, kecepatan, dan ketepatan memberikan komando kepada penata
kamera sangat bergantung kepada switcherman.
Untuk momen yang tidak dapat
diulang, switcherman harus bisa membaca mengantisipasi posisi dan lokasi di
mana momen menarik akan terjadi.
Program acara gameshow, olahraga, siaran
langsung, dan konser musik sangat mengandalkan momen. Biasanya, momen akan
terekam dengan menggunakan wideshot pada lokasi tertentu.
d. Switching by rhythm (or beat)
Teknik ini banyak digunakan pada produksi musik atau produksi
yang menggunakan ilustrasi music, teknik pemindahan gambar berdasarkan lebih
banyak menggunakan tempo dan beat dari ketukan, birama, sesuai suara musik
ataupun soundeffect yang terpadu dalam setiap objek. Biasanya, switching yang
didasari oleh tempo dilakukan untuk penyutradaraan konser musik dimana
pemindahan gambar dihitung berdasarkam irama lagu.
Setiap jenis musik mempunyai
irama switching yang berbeda. Untuk musik rock misalnya, pemindahan bisa
dilakukan setiap 4/4 ketukan. Sementara untuk musik klasik, pemindahan bisa
dilakukan setiap dua kali 4/4 ketukan.
Switching ini sangat membutuhkan sense
of music yang baik.
4. What and when to dissolve?
Teknik dissolve adalah pemindahan gambar dengan cara
penumpukan gambar antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Teknik
ini digunakan untuk menghaluskan proses pemindahan gambar sesuai dengan
karakter dan kebutuhan program acara yang diproduksi.
Teknik dissolve dilakukan
pada acara musik bertempo lambat, perpindahan segmentasi acara Variety show,
drama percintaan,dan berbagai topik dalam produksi features.
Sementara untuk
acara kuis, game show, drama actio,
sit-kom, dan liputan olahraga jarang digunakan. Tehnik ini hanya
digunakan setiap saat switcherman membutuhkannya, khususnya pada gambar-gambar
yang menunjukkan keindahan, kecantikan, kepedihan, dan tragedi.
5. Frame to Frame Dissolving
Ini adalah teknik
penumpukan gambar dengan menyelaraskan setiap frame atau gambar yang akan
ditumpuk gambarnya.
Teknik ini dilakukan untuk mengisi komposisi gambar yang
sengaja disediakan untuk diisi dengan gambar lainnya agar gambar menjadi indah.
Misalnya, posisi frame di kamera 1 (on air) adalah close up dengan objek berada
di sebelah kiri, sementara kamera 2 (preview) menyediakan gambar posisi objek
fullshot di sebelah kanan. Kemudian, bila gambar ditumpuk masing-masing 50% ,
akan mendapatkan 2 gambar dengan 2 adegan bersamaan dalam satu frame.
Teknik
ini banyak digunakan untuk Acara Konser Musik dan tari-tarian.
6. Eye Monitoring
Pada saat shooting multi kamera, switcherman bukan hanya
berkonsentrasi kepada Monitor PGM-Program (Master rekaman) atau monitor On Air
saja, tetapi monitor dari seluruh kamera
yang memberikan tawaran shot.
Pemberian arahan yang tepat dari switcherman
kepada penata kamera on air menjadi poin
penting dalam sebuah proses shooting.
Untuk menghidari kesalah pahaman instruksi
maka dibutuhkan aba-aba yang jelas diantaranya :
-
Countdown menghitung berdasarkan hitungan
detik/secon misal 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, cue
- Aba-aba ke kameraman type shoot misal : stand by cam 1 CU next cam 3
wide shoot dst.
Pemahaman Bagaimana Switcher bekerja ?
Fungsi dasar
Switcher
Fungsi dasar switcher dalam produksi adalah memilih sumber video
yang sesuai, melakukan transisi dasar antara dua sumber dan menciptakan atau
mengakses pengaruh khusus switcher yang bisa secara otomatis menyambungkan
program dengan video.
Sebagai contoh, Jika kita bekerja dengan dua kamera atau lebih maka yang kita lakukan
adalah memisahkan satu sama lain, dua tombol (satu untuk kamera 1 dan yang
satunya untuk kamera 2) dan itu sudah lebih dari cukup.
Dengan menekan kamera 1
dan meletakkan kamera on air yaitu rute
line-out, yang membawanya ke transmitter atau recorder. Lalu dengan menekan
tombol kamera 2 akan membuatnya on the air.
Jika kita bekerja dengan tiga
kamera, maka kita akan perlu tombol-tombol, yang masing-masing dikaitkan dengan
input kamera. Apa yang ingin diperluas menyertakan Character Generator (CG) dan
remote feed? Kita perlu tiga tombol tambahan – satu untuk Video Tape Recorder
(VTR), CG dan satu untuk remote feed. Ketika layar anda ingin dibuat ‘go to
black’ anda perlu tombol blk(black) tambahan.
Rangkaian tombol, yang disebut
bus menjadi enam. Dalam sebuah produksi
switcher tidak hanya punya lebih banyak tombol pada tiap bus, tetapi ada
beberapa bus juga.
Layout Switcher
Mungkin mudah untuk memahami berbagai bagian switcher dengan
merekonstruksi satu yang memenuhi fungsi switcher dasar: cut, dissolve, super
dan fade. Ini juga membuat kita memperhatikan input video terpilih atau efek
sebelum anda memancarkannya (on air). Ketika membuat switcher, kita akan menyadari bahwa switcher sederhana
bisa menjadi rumit dan kita perlu menggabungkan beberapa fungsi untuk
membuatnya bisa diatur. Bus program Jika yang kita ingin lakukan adalah cut (mengganti secara
instan) dari satu sumber video ke yang lain tanpa meninjaunya, kita bisa
bekerja dengan rangkaian tombol sederhana yang masing-masing merepresentasikan
input video yang berbeda.
rangkaian tombol ini, yang
mengirimkan segala sesuatu yang anda pasang secara langsung di line-out (dan
dari sana ke transmitter atau recorder video), disebut bus program. Bus program
merepresentasi, pengaruhnya, pada tombol selector pada line-out. Ini merupakan
input/output langsung, sehingga disebut direct bus. Ada tambahan pada permulaan
program bus, yang dilabeli ‘blk’ atau ‘black/hitam’, tombol blk membuat layar
menjadi hitam.
Bus mix
Jika kita menginginkan switcher melakukan dissolve gambar
mana secara bertahap melengkapi dan mengganti yang lain, supers (melengkapi
atau mencampuri dua gambar), dan fader (penampilan bertahap gambar dari hitam
atau tidak tampilnya hitam). Selain itu pada cuts sederhana, kita perlu dua bus
lagi – mix bus – dan lever yang disebut fader bar yang mengontrol kecepatan mix
(dissolve dan fade) dan inti super.
Ketika menggerakkan fader bar ke luas
travel penuh, gambar satu bus dipudarkan ketika gambar bus lain dihilangkan.
Dissolve aktual terjadi ketika gambar video image dua bus secara temporal
melengkapi. Ketika kita menghentikan fader bar sedikit di tengah, kita
menangkap dissolve dan menciptakan super imposisi dua sumber video.
Bagaimana
program bus mendapat ‘mix’ pada line-out? Kita masih harus menambah tombol lain
ke bus program yang bisa mentransfer ke line –out video yang dimunculkan oleh
bus mix. Tombol mix ini jauh dari bus program.
Bus preview
Bus preview identik dengan bus program dalam hal jumlah dan
susunan tombolnya. Fungsinya juga sama kecuali bahwa line-out dari bus preview
tidak on the air atau pada peralatan rekaman, tetapi hanya pada monitor preview
(p/v). misalnya jika anda menekan tombol kamera 1 pada bus preview, gambar
kamera 1 nampak pada monitor preview tanpa mempengaruhi output bus program,
misalnya CG.
Jika anda tidak menyukai gambar kamera 1 dan ingin mengganti ke
kamera 2 anda cukup menekan tombol kamera 2 pada bus preview. Bus program masih
akan menampilkan teks CG pada monitor line. Bus preview juga disebut preset bus
jika berfungsi sebagai monitor yang menunjukkan berbagai efek preset.
Seperti yang ditampilkan komputer dua layar
pada editor pasca produksi, monitor preview dan line biasanya saling mengisi
untuk menunjukkan apakah 2 shot yang ada akan memotong bersama, yaitu
kontinuitas vector yang ada dan posisi pemetaan mental.
Jika kita menginginkan switcher kita mengerjakan beberapa
efek khusus, misalnya berbagai wipe (satu gambar yang dibingkai dalam bentuk
geometris yang secara bertahap mengganti yang lain), kunci judul (huruf yang
disisipkan dalam gambar background) dan manipulasi gambar lain (transformasi
bentuk dan atau warna), desain dasar harus masuk pada setidaknya dua/lebih bus
efek dan fader bar tambahan.
Kemudian kita mungkin ingin memperluas input video
yang lain untuk mengakomodasi beberapa kamera lagi, dua/tiga VTR, sistem
elektronik still store (ESS), generator grafik, dan remote feed.
Switcher ini
memiliki banyak tombol dan lever yang mengontrol mereka akan menjadi tugas yang
berat, khususnya pada multi kamera, produksi live atau live-on-tape.
Struktur Multifungsi
Untuk membuat switcher dapat diatur, manufaktur telah
mendesain bus yang melakukan fungsi ganda. Selain memisahkan bus program, mix
dan efek dan preview, kita bisa menggunakan bus berbagai fungsi mix effect
(M/E). ketika kita mengganti dua bus M/E (A dan B) pada mode mix, kita bisa
mencampur (mix) dari A ke B. atau bahkan melakukan super (dengan menghentikan
dissolve di tengah jalan).
Dengan mengganti mode efek, kita bisa mencapai efek
khusus, misalnya berbagai wipe dari A ke B. bahkan kita bisa memberikan bus
program dan preview berbagai fungsi M/E ketika masih menunjukkan fungsi asli.
Tombol yang kita kirim ke bus yang cukup logis disebut delegation control.
Pembahasan berikut mengidentifikasi berbagai bus dengan bagaimana mereka
berinteraksi pada switcher multifungsi sederhana.
Busmayor Sebagaimana bisa kita
lihat, switcher pada gambar diatas hanya memiliki 3 bus: bus preview/preset
(barisan tombol yang lebih rendah), bus program (barisan tengah), dan bus key
(barisan atas). Ini juga memiliki sejumlah kelompok tombol yang memungkinkan
anda bisa membuat efek tertentu.
Bus
program selalu mengarahkan outputnya ke line out. Misalnya jika kita menekan
tombol C-1 pada bus program. Kamera 1 on the air. Jika kemudian menekan tombol
VTR anda memutus dari kamera 1 ke video VTR. Jika kita tidak ingin mempreview
gambar yang ada dan penggantinya ‘cuts-only’, kita bisa melakukan semua itu pada
bus program.
Ketika menggunakan fungsi mix atau effect akan di bus A M’E.
Bus
preview/preset membuat kita bisa mempreview sumber video yang kita pilih
sebagai shot berikutnya.
Apapun yang kita tekan pada bus preset ini akan secara
otomatis tampil pada monitor preview/preset. Segera setelah kita mengaktifkan
transisi tertentu (cut, dissolve, wipe), gambar preview ini akan mengganti
gambar on the air seperti yang ditunjukkan pada monitor line.
Seperti yang bisa
kita lihat, preview/preset ini berfungsi sebagai bus M/E. sekarang kita bisa
memahami mengapa ini disebut bus preview/preset. Ini adalah bus preview karena
bisa membuat bisa mempreview sumber yang ada.
Disebut bus preset karena bisa
membuat anda mengatur shot yang ada. Meskipun fungsinya ganda bus ini secara
umum dikenal sebagai bus preview.
Dengan terminology yang agak rumit, bus program dan preview/presetkadang disebut bus ‘background’, karena bisa berfungsi
sebagai background berbagai efek. Mari kita anggap bahwa kita memiliki kamera 1
yang dipasangkan pada bus program (bus A M/E), yang menunjukkan CU (close up)
model komputer terakhir. Ketika kita menyisipkan nama komputer pada saat ini,
bus program memberikan image background (CU komputer) untuk key judul ini.
Rangkaian tombol ketiga (atas) adalah bus key. Ini membuat kita bisa memilih
sumber video misalnya huruf yang diberikan oleh CG untuk disisipkan dalam image
background, yang diberikan bus program.
Kontrol ini
memungkinkan kita memilih transisi/efek. Pada switcher multifungsi, mereka ditempatkan
tepat setelah fader bar.
Dengan
menekan tombol background (bkgd), kita menempatkan bus program dan
preview/preset A (dan B) pada mode mix.
Bagaimanapun kita memasang pada bus
program (A) akan on the air, sehingga menunjukkan monitor line. Bagaimanapun
kita menekan bus preview/preset (B) akan menunjukkan monitor preview, siap
untuk mengganti – melalui cut – gambar dari bus A adalah on the air. Lalu
dengan tambahan menekan tombol merah mix pada bagian delegasi switcher, anda
telah memperluas transisi dari cuts-only ke dissolve dengan baik.
Sekarang kita
bisa memotong dari satu sumber video ke yang lain atau dissolve antara mereka.
Ketika kita menekan tombol wipe merah, bukan tombol mix, transisi akan menjadi
wipe bukan dissolve.
Dengan
menekan tombol key, anda mengaktifkan bus atas (key). Pada bus ini kita bisa
memilih sumber pokok yang sesuai, misalnya CG, yang disisipkan ke dalamgambar background yang diaktifkan pada bus program (A)
sehingga on the air. Kembali ke contoh komputer kami, tombol C1 pada bus
program (A) akan memberikan image background komputer, dan tombol CG pada bus
key, nama komputer.
Manfaat switcher multifungsi adalah memampukan kita untuk
bisa mencapai semua efek ini dengan hanya tiga bus.
No comments:
Post a Comment