Peranan Riset di Program Televisi
Secara umum, riset dapat dirumuskan sebagai pencarian pengetahuan atau setiap penyelidikan sistematis terhadap fakta-fakta yang ada.
Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis, untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita.
Dilihat dari jenis data yang diolah, ada dua jenis riset:
Riset primer: Mengumpulkan data yang sebelumnya tidak ada. Data itu, misalnya, dikumpulkan dari subyek riset dan hasil eksperimen.
Riset sekunder: Merangkum, membandingkan, dan atau mensintesiskan hasil riset yang sudah ada. Artinya, riset sekunder itu memanfaatkan hasil riset primer.
Dalam ilmu-ilmu sosial dan kemudian juga dalam disiplin-disiplin lain, dua metode riset berikut ini dapat diterapkan, tergantung pada hal-hal yang menjadi materi subyek, serta tujuan diadakannya riset tersebut.
Riset kualitatif (memahami perilaku manusia dan alasan-alasan yang menentukan perilaku tersebut)
Riset kuantitatif (penyelidikan empiris yang sistematis terhadap hal-hal dan fenomena yang bersifat kuantitatif, serta hubungan-hubungan di antara mereka).
Mengapa riset penting?
Dalam konteks kerja jurnalistik di media elektronik, seperti TV, riset menjadi penting karena berbagai manfaat yang dapat diperoleh:
1. Menambah pemahaman kita terhadap sebuah topik.
2. Mempermudah menentukan arah dan sudut pandang peliputan.
3. Menjadi pemandu bagi kita dalam memulai peliputan.
4. Menjadi alat pembantu dalam pengambilan gambar.
Jenis-jenis riset di Divisi News TV
Dilihat dari pihak yang melakukan riset, secara garis besar terdapat dua macam riset yang dilakukan di Divisi News TV. Dua macam riset ini berbeda dalam hal-hal yang diriset, jenis data yang diolah, dan tujuan diadakannya riset tersebut.
Pertama, riset yang dilakukan oleh staf RCD (Research Creative Development).
Kedua, riset yang dilakukan oleh para pengelola program di masing-masing program, baik bulletin maupun magazine. Pengelola program di sini bisa produser, asisten produser, reporter, camera person, atau PA (production assistant).
Riset oleh Staf RCD
Riset yang dilakukan oleh staf RCD secara umum bertujuan mendukung kinerja Divisi News dalam pencapaian target rating/share, yang telah ditetapkan oleh pimpinan TV. Target rating/share itu sendiri biasanya diputuskan dalam rapat kerja tahunan TV. RCD juga diminta mengevaluasi dan membantu pengembangan program yang sudah ada, serta perencanaan program-program baru.
Mempertimbangkan tujuan tersebut, maka yang dijadikan obyek riset oleh staf RCD adalah kinerja setiap program, yang bernaung di bawah Divisi News.
Ukuran keberhasilan tiap program ini sangat jelas dan terukur, yaitu besarnya angka rating/share yang diperoleh. Data rating/share semua program ini secara berkala dipasok oleh lembaga pemeringkat dari luar, yakni AGB Nielsen Media Research Indonesia, kepada TV (dan stasiun-stasiun TV lain) selaku klien.
Dengan demikian, riset yang dilakukan oleh staf RCD pada dasarnya adalah riset sekunder, karena RCD tidak menghitung sendiri angka rating/share tersebut. Data rating/share yang diolah RCD adalah hasil riset/survei yang sudah ada, yang dilakukan oleh AGB Nielsen.
Untuk setiap program, pertanyaan yang bisa diajukan, misalnya:
Mengapa rating/share program itu naik? Mengapa pula turun?
Apakah kenaikan atau penurunan rating/share itu lebih dipengaruhi faktor internal (kemasan atau kualitas tayangan) atau faktor eksternal (tayangan TV kompetitor)?
Jika lebih dipengaruhi faktor internal, apa saja yang mempengaruhi? (pilihan host, talent, nara sumber, kualitas gambar, slot penayangan, narasi, alur cerita, pilihan lagu/backsound, pilihan topik/tema, dan sebagainya)
Pembenahan apa saja yang bisa dilakukan, untuk memperbaiki kinerja program tersebut di masa mendatang?
Tayangan program seperti apa, yang tampaknya menjadi tren atau sedang digemari khalayak penonton?
Dan lain-lain.
Riset oleh Pengelola Program
Riset yang dilakukan oleh pengelola program terutama bertujuan mendukung kinerja program bersangkutan, dalam pencapaian target rating/share yang telah ditetapkan pimpinan Divisi News TV. Jadi, cakupannya lebih terbatas ketimbang riset yang dilakukan staf RCD.
Karena tujuan yang sifatnya lebih terbatas tersebut, obyek riset pengelola program umumnya adalah hal-hal konkret, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional liputan. Ini terutama dirasakan untuk program-program magazine.
Hal-hal konkret itu, misalnya:
Dukungan content untuk pemilihan topik liputan episodik yang tepat, yang disesuaikan dengan segmen penonton yang dituju pada slot program bersangkutan.
Pemilihan narasumber, host, talent yang tepat, yang diperkirakan akan menghasilkan paket tayangan yang berkualitas.
Informasi untuk pemilihan lokasi dan waktu liputan yang tepat. Termasuk di sini perhitungan waktu, biaya, teknis-peralatan yang dibutuhkan, gangguan cuaca, dan potensi-potensi permasalahan lain di lapangan.
Logikanya, jika dukungan content lengkap dan pelaksanaan operasional liputan dapat berlangsung dengan baik, hal ini akan menghasilkan materi liputan yang memadai dan gambar yang baik. Hal-hal terebut akan berdampak pada kualitas program/tayangan yang dibuat (post-production), dan pada akhirnya, hasilnya akan tercermin pada angka rating/share program tersebut. Angka rating/share akan tinggi manakala penonton puas dengan tayangan tersebut.
Seperti juga riset yang dilakukan staf RCD, sebagian besar riset yang dilakukan pengelola program adalah riset sekunder. Informasi atau data yang dikumpulkan, dirangkum, diolah, dan dianalisis, adalah data yang tersedia secara meluas, terbuka, dan prinsipnya bisa diakses siapa saja di media massa. Data itu bisa diperoleh antara lain dari suratkabar, majalah, brosur, buku, situs web, blog, siaran pers, dan sebagainya.
Berkat perkembangan yang pesat dari media online, mayoritas riset yang dilakukan adalah secara online (banyak media cetak yang juga sudah go online). Selain praktis, riset semacam ini juga murah, menghemat banyak biaya dan waktu, dan tidak memerlukan mobilitas pengelola media.
Hasil penjelajahan dari berbagai situs, surat kabar, atau info lain dirangkum menjadi outline atau TOR liputan, yang berisi latar belakang masalah, arah liputan, kebutuhan gambar dan grafis, serta nara sumber yang diperlukan.
Tentu saja, tidak semua hal bisa diriset melalui media online. Tak jarang, media online hanya menyediakan informasi yang terbatas, sehingga pengelola program harus mencari tambahan informasi dari sumber-sumber lain.
Atau, bisa jadi juga, media online menyediakan informasi lama yang belum di-update, sehingga informasi itu tidak sesuai dengan kondisi lapangan, dan tidak bisa diandalkan.
Ketika sebuah situs kuliner pada tahun 2008 memberitakan tentang sebuah restoran A, yang menyediakan menu istimewa B, bisa jadi restoran itu sekarang sudah tutup dan penutupannya tidak diberitakan. Kalau tanpa mengecek lebih dahulu, si reporter langsung tergesa-gesa berangkat meliput, bisa jadi dia hanya membuang-buang waktu, uang, dan tenaga secara sia-sia, karena terpaksa pulang tanpa hasil.
Ada beberapa langkah, yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekurangan informasi di media online itu, antara lain:
(1) Meminta bantuan kontributor atau koresponden TV di daerah, untuk mengecek atau mengkonfirmasikan informasi tertentu. Mereka juga bisa diminta bantuan untuk membuat janji liputan dengan nara sumber, dan sebagainya.
(2) Menggunakan jasa tenaga fixer. Fixer adalah orang luar, bukan karyawan TV, yang menawarkan jasa untuk membantu sebuah liputan. Mereka biasanya sudah punya kontak dengan beberapa nara sumber tertentu di daerah domisilinya, dan bisa membantu mencarikan nara sumber yang tepat untuk liputan topik-topik tertentu. Tentu saja, jasa ini harus dibayar (menambah biaya liputan).
(3) Melakukan riset lapangan sendiri untuk melihat lokasi, menemui dan mewawancarai nara sumber (pra-liputan), mengecek biaya operasional, kebutuhan alat, dan sebagainya. Melakukan riset lapangan sendiri adalah yang terbaik, sebab reporter dan camera person adalah yang paling tahu tentang topik liputan dan konsep tayangan yang mau dibuat.
Contoh riset oleh pengelola program:
Liputan untuk program Suara Dapil (magazine). Program ini berdurasi 30 menit, terbagi dalam 3 segmen, masing-masing segmen sekitar 7 menit (diselingi oleh dua commercial break, yang total break memakan durasi sekitar 9 menit).
Format program sudah jelas, yakni tiap segmen akan membahas isu yang berbeda, namun ada benang merah yang menghubungkan setiap segmen, sehingga setiap episode tampil secara utuh.
Misalnya, sudah dipilih topik tentang Dapil di Aceh.
Segmen 1: Lokasi dan Konstituen Dapil di Aceh.
Segmen 2: Kegiatan Anggota dan Aspirasi masyarakat Aceh.
Segmen 3: Sosialisasi tugas DPR dan Pengawasan Pembangunan.
Nah, dari arahan yang sudah jelas ini, periset langsung mencari lokasi konstituen/dapil, kegiatan masyarakat yang akan diliput, serta nara sumber di Aceh yang bisa dihubungi. Tugas liputan semacam ini relatif sederhana, nara sumbernya juga terbuka dan mudah diakses, sehingga tidak terlalu membutuhkan bantuan koresponden atau fixer atau Tenaga Ahli (TA) anggota.
Sebaliknya, bantuan akan dibutuhkan untuk liputan yang lebih rumit dan berisiko, misalnya, liputan investigatif atau sidak tentang peredaran senjata ilegal atau jaringan peredaran ganja di Aceh dalam tupoksi pengawasan terhadap kinerja perangkat Pemda dll.
Secara umum, riset dapat dirumuskan sebagai pencarian pengetahuan atau setiap penyelidikan sistematis terhadap fakta-fakta yang ada.
Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis, untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita.
Dilihat dari jenis data yang diolah, ada dua jenis riset:
Riset primer: Mengumpulkan data yang sebelumnya tidak ada. Data itu, misalnya, dikumpulkan dari subyek riset dan hasil eksperimen.
Riset sekunder: Merangkum, membandingkan, dan atau mensintesiskan hasil riset yang sudah ada. Artinya, riset sekunder itu memanfaatkan hasil riset primer.
Dalam ilmu-ilmu sosial dan kemudian juga dalam disiplin-disiplin lain, dua metode riset berikut ini dapat diterapkan, tergantung pada hal-hal yang menjadi materi subyek, serta tujuan diadakannya riset tersebut.
Riset kualitatif (memahami perilaku manusia dan alasan-alasan yang menentukan perilaku tersebut)
Riset kuantitatif (penyelidikan empiris yang sistematis terhadap hal-hal dan fenomena yang bersifat kuantitatif, serta hubungan-hubungan di antara mereka).
Mengapa riset penting?
Dalam konteks kerja jurnalistik di media elektronik, seperti TV, riset menjadi penting karena berbagai manfaat yang dapat diperoleh:
1. Menambah pemahaman kita terhadap sebuah topik.
2. Mempermudah menentukan arah dan sudut pandang peliputan.
3. Menjadi pemandu bagi kita dalam memulai peliputan.
4. Menjadi alat pembantu dalam pengambilan gambar.
Jenis-jenis riset di Divisi News TV
Dilihat dari pihak yang melakukan riset, secara garis besar terdapat dua macam riset yang dilakukan di Divisi News TV. Dua macam riset ini berbeda dalam hal-hal yang diriset, jenis data yang diolah, dan tujuan diadakannya riset tersebut.
Pertama, riset yang dilakukan oleh staf RCD (Research Creative Development).
Kedua, riset yang dilakukan oleh para pengelola program di masing-masing program, baik bulletin maupun magazine. Pengelola program di sini bisa produser, asisten produser, reporter, camera person, atau PA (production assistant).
Riset oleh Staf RCD
Riset yang dilakukan oleh staf RCD secara umum bertujuan mendukung kinerja Divisi News dalam pencapaian target rating/share, yang telah ditetapkan oleh pimpinan TV. Target rating/share itu sendiri biasanya diputuskan dalam rapat kerja tahunan TV. RCD juga diminta mengevaluasi dan membantu pengembangan program yang sudah ada, serta perencanaan program-program baru.
Mempertimbangkan tujuan tersebut, maka yang dijadikan obyek riset oleh staf RCD adalah kinerja setiap program, yang bernaung di bawah Divisi News.
Ukuran keberhasilan tiap program ini sangat jelas dan terukur, yaitu besarnya angka rating/share yang diperoleh. Data rating/share semua program ini secara berkala dipasok oleh lembaga pemeringkat dari luar, yakni AGB Nielsen Media Research Indonesia, kepada TV (dan stasiun-stasiun TV lain) selaku klien.
Dengan demikian, riset yang dilakukan oleh staf RCD pada dasarnya adalah riset sekunder, karena RCD tidak menghitung sendiri angka rating/share tersebut. Data rating/share yang diolah RCD adalah hasil riset/survei yang sudah ada, yang dilakukan oleh AGB Nielsen.
Untuk setiap program, pertanyaan yang bisa diajukan, misalnya:
Mengapa rating/share program itu naik? Mengapa pula turun?
Apakah kenaikan atau penurunan rating/share itu lebih dipengaruhi faktor internal (kemasan atau kualitas tayangan) atau faktor eksternal (tayangan TV kompetitor)?
Jika lebih dipengaruhi faktor internal, apa saja yang mempengaruhi? (pilihan host, talent, nara sumber, kualitas gambar, slot penayangan, narasi, alur cerita, pilihan lagu/backsound, pilihan topik/tema, dan sebagainya)
Pembenahan apa saja yang bisa dilakukan, untuk memperbaiki kinerja program tersebut di masa mendatang?
Tayangan program seperti apa, yang tampaknya menjadi tren atau sedang digemari khalayak penonton?
Dan lain-lain.
Riset oleh Pengelola Program
Riset yang dilakukan oleh pengelola program terutama bertujuan mendukung kinerja program bersangkutan, dalam pencapaian target rating/share yang telah ditetapkan pimpinan Divisi News TV. Jadi, cakupannya lebih terbatas ketimbang riset yang dilakukan staf RCD.
Karena tujuan yang sifatnya lebih terbatas tersebut, obyek riset pengelola program umumnya adalah hal-hal konkret, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional liputan. Ini terutama dirasakan untuk program-program magazine.
Hal-hal konkret itu, misalnya:
Dukungan content untuk pemilihan topik liputan episodik yang tepat, yang disesuaikan dengan segmen penonton yang dituju pada slot program bersangkutan.
Pemilihan narasumber, host, talent yang tepat, yang diperkirakan akan menghasilkan paket tayangan yang berkualitas.
Informasi untuk pemilihan lokasi dan waktu liputan yang tepat. Termasuk di sini perhitungan waktu, biaya, teknis-peralatan yang dibutuhkan, gangguan cuaca, dan potensi-potensi permasalahan lain di lapangan.
Logikanya, jika dukungan content lengkap dan pelaksanaan operasional liputan dapat berlangsung dengan baik, hal ini akan menghasilkan materi liputan yang memadai dan gambar yang baik. Hal-hal terebut akan berdampak pada kualitas program/tayangan yang dibuat (post-production), dan pada akhirnya, hasilnya akan tercermin pada angka rating/share program tersebut. Angka rating/share akan tinggi manakala penonton puas dengan tayangan tersebut.
Seperti juga riset yang dilakukan staf RCD, sebagian besar riset yang dilakukan pengelola program adalah riset sekunder. Informasi atau data yang dikumpulkan, dirangkum, diolah, dan dianalisis, adalah data yang tersedia secara meluas, terbuka, dan prinsipnya bisa diakses siapa saja di media massa. Data itu bisa diperoleh antara lain dari suratkabar, majalah, brosur, buku, situs web, blog, siaran pers, dan sebagainya.
Berkat perkembangan yang pesat dari media online, mayoritas riset yang dilakukan adalah secara online (banyak media cetak yang juga sudah go online). Selain praktis, riset semacam ini juga murah, menghemat banyak biaya dan waktu, dan tidak memerlukan mobilitas pengelola media.
Hasil penjelajahan dari berbagai situs, surat kabar, atau info lain dirangkum menjadi outline atau TOR liputan, yang berisi latar belakang masalah, arah liputan, kebutuhan gambar dan grafis, serta nara sumber yang diperlukan.
Tentu saja, tidak semua hal bisa diriset melalui media online. Tak jarang, media online hanya menyediakan informasi yang terbatas, sehingga pengelola program harus mencari tambahan informasi dari sumber-sumber lain.
Atau, bisa jadi juga, media online menyediakan informasi lama yang belum di-update, sehingga informasi itu tidak sesuai dengan kondisi lapangan, dan tidak bisa diandalkan.
Ketika sebuah situs kuliner pada tahun 2008 memberitakan tentang sebuah restoran A, yang menyediakan menu istimewa B, bisa jadi restoran itu sekarang sudah tutup dan penutupannya tidak diberitakan. Kalau tanpa mengecek lebih dahulu, si reporter langsung tergesa-gesa berangkat meliput, bisa jadi dia hanya membuang-buang waktu, uang, dan tenaga secara sia-sia, karena terpaksa pulang tanpa hasil.
Ada beberapa langkah, yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekurangan informasi di media online itu, antara lain:
(1) Meminta bantuan kontributor atau koresponden TV di daerah, untuk mengecek atau mengkonfirmasikan informasi tertentu. Mereka juga bisa diminta bantuan untuk membuat janji liputan dengan nara sumber, dan sebagainya.
(2) Menggunakan jasa tenaga fixer. Fixer adalah orang luar, bukan karyawan TV, yang menawarkan jasa untuk membantu sebuah liputan. Mereka biasanya sudah punya kontak dengan beberapa nara sumber tertentu di daerah domisilinya, dan bisa membantu mencarikan nara sumber yang tepat untuk liputan topik-topik tertentu. Tentu saja, jasa ini harus dibayar (menambah biaya liputan).
(3) Melakukan riset lapangan sendiri untuk melihat lokasi, menemui dan mewawancarai nara sumber (pra-liputan), mengecek biaya operasional, kebutuhan alat, dan sebagainya. Melakukan riset lapangan sendiri adalah yang terbaik, sebab reporter dan camera person adalah yang paling tahu tentang topik liputan dan konsep tayangan yang mau dibuat.
Contoh riset oleh pengelola program:
Liputan untuk program Suara Dapil (magazine). Program ini berdurasi 30 menit, terbagi dalam 3 segmen, masing-masing segmen sekitar 7 menit (diselingi oleh dua commercial break, yang total break memakan durasi sekitar 9 menit).
Format program sudah jelas, yakni tiap segmen akan membahas isu yang berbeda, namun ada benang merah yang menghubungkan setiap segmen, sehingga setiap episode tampil secara utuh.
Misalnya, sudah dipilih topik tentang Dapil di Aceh.
Segmen 1: Lokasi dan Konstituen Dapil di Aceh.
Segmen 2: Kegiatan Anggota dan Aspirasi masyarakat Aceh.
Segmen 3: Sosialisasi tugas DPR dan Pengawasan Pembangunan.
Nah, dari arahan yang sudah jelas ini, periset langsung mencari lokasi konstituen/dapil, kegiatan masyarakat yang akan diliput, serta nara sumber di Aceh yang bisa dihubungi. Tugas liputan semacam ini relatif sederhana, nara sumbernya juga terbuka dan mudah diakses, sehingga tidak terlalu membutuhkan bantuan koresponden atau fixer atau Tenaga Ahli (TA) anggota.
Sebaliknya, bantuan akan dibutuhkan untuk liputan yang lebih rumit dan berisiko, misalnya, liputan investigatif atau sidak tentang peredaran senjata ilegal atau jaringan peredaran ganja di Aceh dalam tupoksi pengawasan terhadap kinerja perangkat Pemda dll.