ZOE Production

Nama alamat nomor telephone dan Whatsupp

Friday, March 8, 2019


Produksi sebuah program video dan televisi selalu dimulai dari ide atau gagasan yang kemudian dituangkan kedalam sebuah naskah atau script.
Naskah merupakan sebuah landasan yang diperlukan untuk membuat sebuah program video dan televisi apapun bentuknya. Penulisan sebuah naskah program video dan televisi yang didasarkan pada sebuah ide biasanya mempunyai tujuan yang spesifik yaitu :

       Memberi informasi (to inform)
       Memberi inspirasi (to inspire)
       Menghibur (to entertain)
       Propaganda
Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana menulis sebuah naskah program televisi yang mencakup langkah-langkah yang perlu ditempuh, bentuk naskah, format program dan cara-cara penulisan naskah. Sebelum mempelajari lebih jauh tentang penulisan naskah program video, Anda terlebih dahulu perlu mengetahui fungsi naskah.

FUNGSI NASKAH
Sebuah naskah mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah program video dan televisi. Fungsi naskah dalam produksi program video dan televisi adalah sebagai berikut:

• Konsep dasar (basic concept)
• Arah (direction)
• Acuan (reference)

Sebuah naskah adalah ide dasar yang diperlukan dalam sebuah produksi program video. Kualitas sebuah naskah sangat menentukan hasil akhir dari sebuah program.
Sebuah naskah pada umumnya berisi gambaran atau deskripsi tentang pesan atau informasi yang disampaikan seperti alur cerita, karakter tokoh utama, dramatisasi, peran/figuran, setting, dan property atau segala hal yang berkaitan dengan pembuatan sebuah program video dan televisi.
Sebuah naskah pada umumnya diganakan sebagai dokumen yang dapat mengarahkan sutradara dan kerabat kerja (crew) dalam bekerja menyelesaikan produksi program video.
Naskah sebuah program video berisi beberapa informasi tentang adegan yang melibatkan aktor, setting dan property. Sutradara dan kerabat kerja perlu mematuhi isi dan alur cerita yang terdapat dalam sebuah naskah
Sebuah naskah dapat digunakan sebagai referensi oleh sutradara dan kerabat kerja untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi sebuah progam video yang komunikatif. Semua upaya kreatif dalam produksi dari sutradara dan kerabat kerja harus mengacu kepada sebuah naskah.


LANGKAH-LANGKAH PENULISAN NASKAH

Langkah penulisan sebuah program video biasanya terdiri dari serangkaian kegiatan yaitu :

• Merumuskan ide
• Riset
• Penulisan outline
• Penulisan sinopsis
• Penulisan treatment
• Penulisan naskah
• Reviu naskah
• Finalisasi naskah

Ide sebuah cerita yang akan dibuat menjadi program video dan televisi dapat diambil dari cerita yang sesungguhnya (true story) atau non fiksi dan rekaan atau fiksi.
Banyak sekali sumber ide yang dapat dijadikan inspirasi untuk menulis sebuah script video dan televisi. Misalnya, novel, cerita nyata, dan lain-lain. Film JFK merupakan contoh film yang digali dari peristiwa terbunuhnya salah seorang presiden termuda di Amerika Serikat.
Oliver Stone, penulis sekaligus sutradara menggunakan banyak sumber informasi untuk membuat film tersebut sehingga dapat bertutur secara objektif.
Riset sangat diperlukan setelah Anda telah menemukan sebuah ide yang akan dibuat menjadi sebuah program. Riset dalam konteks ini adalah suatu upaya mempelajari dan mengumpulkan informasi yang terkait dengan naskah yang akan ditulis.
Sumber informasi dapat berupa buku, koran atau bahan publikasi lain dan orang atau narasumber yang dapat memberi informasi yang akurat tentang isi atau substansi yang akan ditulis.
Setelah memahami hasil riset atau informasi yang terkumpul, anda dapat membuat kerangka atau outline dari informasi yang akan Anda tuangkan menjadi sebuah script.
Outline pada umumnya berisi garis besar informasi yang akan Anda akan tulis menjadi sebuah script.
Langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis atau deskripsi singkat mengenai program yang akan Anda tulis. Sinopsis dan outline akan membantu memfokuskan perhatian Anda pada pengembangan ide yang telah Anda pilih sebelumnya. Penulisan sinopsis harus jelas sehingga dapat memberi gambaran tentang isi program video atau televis yang akan kita buat.

Menulis naskah harus didasarkan pada rencana yang telah dibuat yang meliputi outline, synopsis dan treatment. Seorang penulis harus memiliki kreatifitas dalam mengembangkan treatment menjadi sebuah naskah. Treatment yang ditulis dengan baik merupakan fondasi yang kokoh yang diperlukan untuk menulis sebuah naskah.
Sebuah treatment harus berisi deskripsi yang jelas tentang lokasi,waktu, pemain, adegan dan property yang akan direkam ke dalam program video. Treatment juga menggambarkan tentang sistematika atau sequence program video atau televisi yang akan diproduksi.

Penulisan sebuah naskah harus didasarkan pada treatment yang dibuat. Walaupun dalam menulis naskah penulis dapat melakukan perubahan, tapi sebaiknya perubahan yang dilakukan tidak merupakan perubahan yang bersifat substantif. Perubahan sebaiknya bersifat kreatif dan tidak mengubah substansi program. Oleh karena itu treatment harus kokoh dan jelas.
Dalam menulis Penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan naskah yang benar.
Draf naskah yang telah selesai ditulis perlu ditelaah untuk melihat kebenaran substansinya dan juga cara penyampaian pesannya. Draf naskah harus ditelaah oleh orang yang mengerti substansi isi program (content expert) dan ahli media (media specialist).
Finalisasi naskah merupakan langkah akhir sebelum naskah diserahkan kepada produser dan sutradara untuk diproduksi. Naskah final merupakan hasil revisi terhadap masukan-masukan yang diberikan oleh content expert dan ahli media.


BENTUK PROGRAM

Bentuk program dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau isi program kepada pemirsa (audience). Bentuk program yang digunakan untuk menayangkan program video dan televisi sangat beragam yaitu:

• Drama
• Dokumenter
• Talk show
• Demo
• Musikal
• Quiz
• Features

1.      Drama

Inti dari sebuah program video dan televisi bebentuk drama adalah adanya konflik dari orang – orang yang terlibat (pelaku) di dalamnya.
Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan karakter dari orang – orang yang terlibat di dalamnya yang kemudian diikuti dengan konflik yang dibangun secara dramatik yang melibatkan para pelaku tersebut. Konflik ini biasanya diselesaikan pada akhir cerita.
Penyelesaian konflik pada akhir cerita dapat berupa happy ending atau sebaliknya.

2.      Dokumenter

Dokumenter adalah program yang bercerita tentang suatu peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya. Contoh film dokudrama yang kita kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang digarap oleh sutradara Arifin C. Noer, Pearl Harbour karya Jerry Bruckheimer dan JFK yang ditulis dan disutradarai oleh Oliver Stone. Film tersebut merupakan contoh – contoh film yang dikemas dengan menggunakan bentuk dokumenter.

3.      Talk Show

Program talk show adalah program yang menampilkan pembicara, biasanya lebih dari satu orang, untuk membahas suatu thema atau topik tertentu. Program dengan format talk show biasanya dipandu oleh seorang moderator. Agar program talk show dapat menarik perhatian audience maka pembicara yang terlibat di dalam program harus memiliki latar belakang yang berlainan, pro dan kontra, terhadap topik yang dibahas.

4.      Demo

Contoh program berbentuk demo adalah program masak memasak atau membuat kue dan tip otomotif. Program demo biasanya membahas resep atau cara yang dipraktekan secara procedural - tahap demi tahap. Melalui program berbentuk demo, pemirsa dapat mempelajari dan menerapkan suatu keterampilan (skill).

5.      Musikal

Program musikal merupakan program yang menampilkan acara musik dan tarian sebagai hiburan. Tentunya Anda sering melihat program musikal yang ditayangkan di stasiun televisi. Banyak kemasan program yang digunakan oleh produser televisi untuk menayangkan program musikal.
MTV program misalnya selalu menayangkan klip-klip video musik dari penyanyi terkenal untuk pemirsa kaum muda.

6.      Quiz

Bentuk program lain yaitu quiz. Saat ini kita dapat melihat banyak sekali program TV yang berbentuk quiz. Program berbentuk quiz biasanya berisi tantangan yang melibatkan pesertanya atau bahkan pemirsa untuk menjawab tantangan tersebut.
Peserta yang berhasil menjawab tantangan akan memperoleh reward (hadiah) sebagai imbalan. Contoh program berbentuk quiz yang sangat dikenal yaitu Berpacu dalam melodi yang mengharuskan kontestan atau peserta menebak judul atau pencipta sebuah lagu berdasarkan penggalan nada yang dimainkan. Sekarang ini banyak quiz interaktif yang memeneri kesempatan audience terlibat langsung dengan program yang ditayangkan.

7.      Features

Features merupakan program yang berisi segmen-segmen yang dikemas dalam bentuk penyajian yang bervariasi. Sebuah program berbentuk features biasanya membahas suatu topik yang menarik dengan menggunakan beberapa bentuk penyajian atau pendekatan program.

BENTUK NASKAH

Bentuk naskah dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan informasi yang terdapat didalamnya yaitu:

• Kerangka naskah (Rundown script)
• Semi naskah (Semi script)
• Naskah penuh (Full script)

Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline) dari informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada umumnya memerlukan improvisasi dari presenter atau ahli (expert) yang akan muncul didalam program.

Semi script adalah naskah yang sudah lebih rinci dari pada rundown script.

Full script adalah naskah yang berisi informasi lengkap dan rinci tentang program yamg akan diproduksi. Dalam sebuah full script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan. Setting dan property.



Cara kerja stasiun TV pertama-tama dimulai dari Departemen Programming. Departemen inilah yang merencanakan dan menentukan program apa yang akan ditayangkan, pada jam berapa, dan siapa target pemirsanya. Lalu program itu apakah harus dibuat sendiri secara inhouse, outsource, dibeli dari PH lokal atau harus diimport dari luar negeri. 
Jika dibeli dari luar negeri, program itu berupa cassete atau berupa siaran langsung (live). Progam impor dalam bentuk pita cassete contohnya adalah film seri The A-Team, Smallville atau Mc Gyver, sedangkan program impor live contohnya adalah sepak bola piala dunia, tinju professional atau balap mobil F1.

Bila program-program itu telah dipilih dan jadwal penayangannya telah dutentukan, maka bagian Sales & Marketing yang akan memasarkan / menjualnya kepada calon pemasang iklan. 
Slot-slot waktu yang tersedia untuk iklan kemudian diberi harga (rate card), sedangkan jenis iklan yang ditawarkan bisa berupa video, graphic, animasi, running text, iklan built in atau blocking time. 
Itu semua tergantung dari kesepakatan antara kedua belah pihak (pemasang iklan dan operator stasiun TV).

Jika program harus dibuat sendiri secara in house, maka bagian Produksi kemudian akan menyusun crew, membuat jadwal dan memproduksi program itu sesuai target waktu yang telah ditentukan. 
Produksinya bisa dikerjakan di dalam studio atau di luar studio, tergantung dari jenis program apa yang sedang dibuat. 
Setelah jadi (dalam bentuk pita cassete atau file hardisk) langkah berikutnya adalah proses Pasca Produksi (Editing, Graphic dan Quality Control).
Bila telah lolos dari Quality Control berarti program ini telah siap tayang, dan program itu kemudian dikirim ke Playout untuk dimasukkan ke dalam daftar tunggu (Play List). 
Nantinya, pada jam, menit dan detik yang telah ditentukan, program ini akan tayang sendiri secara otomatis berdasarkan perintah dari software On-Air Automation.

On-Air Automation bekerja berdasarkan data entry yang dimasukkan oleh bagian Traffic. 
Data yang di entry itu misalnya: judul program, durasi, jam, menit dan detik kapan program itu harus tampil ke layar. 
Jika fasilitasnya tersedia, bisa juga data itu berisi kapan running text, graphic atau animasi iklan harus tampil bersama-sama dengan program (fasilitas ini disebut dengan Secondary Event). 
Bagian Traffic biasanya berada di bawah Sales dengan tujuan agar memudahkan koordinasi dan kontrol terhadap penayangan iklan. 
Sebab hal ini berakitan erat dengan masalah tagihan dan pembayaran iklan. 
Traffic atau pengaturan lalu lintas program dan iklan ini cukup rumit, karena melibatkan banyak pihak (Programming, Sales, Finance dan Teknik) sehingga diperlukan software khusus untuk membantu mempermudah teknis-operasionalnya.

Ketika semuanya sudah tersusun rapi dan kemudian di run, maka Playout akan secara otomatis menayangkan program dan iklan itu secara berurutan sesuai jadwal yang telah tersusun dalam Play List. 
Sinyal audio-video yang keluar dari Playout kemudian dipilih oleh Master Switcher untuk selanjutnya dikirim ke Pemancar untuk dipancarkan. 
Dalam banyak kasus sering kali letak Pemancar berada jauh di luar studio, sehingga dibutuhkan sebuah alat yang berfungsi ntuk menyalurkan sinyal dari Studio ke Pemancar. 
Alat ini kemudian disebut dengan STL (Studio to Transmitter Link) sebagaimana diperlihatkan dalam gambar diagram di bawah ini.




Gambar diagram prinsip kerja stasiun televisi

Tuesday, February 5, 2019

Pada saat ini hampir semua kamera DSLR dilengkapi dengan beberapa pilihan cara kamera melakukan autofokus (autofocus mode). Memotret vas bunga yang diam diatas meja tentu membutuhkan cara autofokus yang berbeda dengan memotret pemain sepak bola.
Dahulu, lensa pada kamera memerlukan pengaturan fokus secara manual. Untuk mencari fokus, kita harus memutar ring fokus pada lensa dan melihat efeknya di jendela bidik untuk mendapatkan gambar yang paling tajam menurut penilaian kita. Kemudian ditemukanlah teknologi auto fokus yang memudahkan kita dalam memotret. Dengan AF (Auto Focus), kamera secara otomatis menggerakkan elemen lensa untuk mendapat hasil terbaik, dalam waktu yang cukup singkat. 
Mode fokus kamera digunakan sesuai dengan kondisi pemotretan dan gerakan obyek.  AF tentu saja sangat membantu, tapi dalam kondisi cahaya yang buruk manual fokus bisa menolong. Pada kamera Nikon, hanya kamera SLR dengan fitur AF motor yang dapat auto focus dengan lensa AF non motor (lensa tipe AF atau AF-D). Sedangkan kamera entry level seperti Nikon D3100, D3200, D5100, D5200 tidak akan dapat fokus otomatis tanpa lensa tipe AF-S.
tombol pada kamera dslr nikon dan canon
tombol pada kamera dslr nikon dan canon

Pada kamera SLR Canon EOS bisa dibilang tidak ada batasan AF seperti di Nikon karena modul auto focus-nya sudah ditanam di lensa. Tapi kekurangan canon adalah hanya memungkinkan lensa auto focus tipe EF-S berfungsi pada kamera tipe APS-C, harus digunakan lensa EF untuk kamera full frame-nya. Sedangkan Nikon tidak peduli jenis lensa AF, AF-D dan AF-S, DX atau pun bukan dapat digunakan di kamera APS-C atau 35mm full frame dan sebaliknya dengan limitasi. Mengenai perbedaan APS-C atau DX dan full frame FX ini dan kode/simbol lensa dibahas di artikel lain. Berikut ini kita bahas mode AF atau fokus otomatis satu persatu.

1. Nikon Single AF (AF-S), Canon One Shoot AF

AF-S yang dimaksud di sini adalah mode fokus, bukan tipe lensa Nikon. Pada Single AF fotografer menentukan lokasi fokus yang diinginkan dengan memindahkan titik fokus kemudian menekan tombol shutter setengah. Biasanya fotografer menggunakan aperture/bukaan besar misalnya f/2.8 yang dikombinasikan dengan mode ini untuk menghasikan foto bokeh atau pemotretan portrait. Mode AF-S sangat direkomendasikan untuk semua situasi yang tidak memfoto obyek yang bergerak cepat karena fotografer diharap dapat menentukan titik fokus yang tepat.
titik fokus kamera canon
tampilan pemilihan titik fokus secara manual pada kamera dslr canon

2. Nikon Continuous AF (AF-C), Canon AI Servo

Mode ini khusus untuk menangani obyek foto yang bergerak seperti anak-anak yang sedang bermain, foto human interest dengan manusia yang aktif bergerak, mobil balap atau olahraga cepat lainnya juga termasuk burung terbang atau hewan liar. Fotografer cukup sekali menentukan obyek fotonya dan fokus dengan menekan tombol shutter setengah alias half pressed, selanjutnya cukup mengarahkan kamera agar tetap dapat otomatis mengikuti gerakan dari obyek foto.
Jika obyek foto bergerak cepat dan kamera dapat fokus dengan tepat maka dapat dihasilkan foto dengan background atau latar kabur yang terarah/motion blur. Efek seperti ini sangat penting untuk fotografi olahraga. Keefektifan dari fokus seperti ini juga dipengaruhi oleh sistem fokus kamera; Semakin canggih kamera yang digunakan, semakin akurat tracking-nya.
canon ai servo
tampilan pemilihan mode auto focus pada kamera dslr canon

3. Nikon Automatic AF (AF-A), Canon AI Focus

Mode ini akan memberikan keputusan pada kamera apakah akan menggunakan AF-S atau AF-C seperti yang dijelaskan di atas. Kamera akan memutuskan hal ini berdasarkan gerakan obyek foto yang ditangkapnya.
nikon focus mode
tampilan pada pemilihan mode auto focus kamera dslr nikon

4. Nikon Manual Focus (MF), Canon Manual Focus

Pada situasi tertentu, misalnya kurang cahaya atau obyek foto terlalu datar atau teksturnya terlalu mulus, kamera dapat tidak mampu mengunci fokus atau fokus ke obyek yang salah. Kita dapat mengaktifkan AF assist, menggunakan flash untuk mengatasi hal ini atau menambahkan cahaya bantu lainnya seperti dari lampu atau reflektor. Flash tambahan seperti Nikon SB-800 atau SB-900 memiliki AF assist yang sangat dapat diandalkan, dalam situasi gelap sekalipun. Tetapi bila tidak memungkinkan maka gunakan manual fokus.
manual fokus canon
auto focus dan manual focus switch pada kamera dslr canon

Fokus seperti ini cukup menyulitkan terlebih pada lensa tele; Untuk membantu mempermudah manual fokus maka gunakan diafragma atau aperture kecil f/4, f/5.6 atau lebih kecil lagi dan gunakan live view jika mungkin. Semua lensa AF bisa diset menjadi manual fokus, tetapi tidak sebaliknya. Lensa manual tidak akan pernah bisa auto focus dan belum tentu didukung oleh kamera untuk metering dan indikator fokusnya. Sedangkan bila kita memanualkan sebuah lensa AF kita tetap dapat melihat indikator fokus atau tidaknya obyek yang kita pilih menurut kamera.
Auto focus kamera tingkat lanjut biasanya juga menawarkan pilihan jumlah titik fokus yang aktif. Pilihan standar adalah tidak mengaktifkan semua titik fokus kamera tapi hanya sekelompok bagian pada frame, biasanya di tengah dan dalam kebanyakan situasi sangat dapat diandalkan. Hanya pada mode AF-C saja direkomendasikan pengaktifan semua titik fokus pada pemotretan tracking obyek bergerak, agar dapat mengantisipasi gerakan obyek foto yang tak biasa.

Wednesday, January 23, 2019

Peranan Riset di Program Televisi

Secara umum, riset dapat dirumuskan sebagai pencarian pengetahuan atau setiap penyelidikan sistematis terhadap fakta-fakta yang ada. 
Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau data secara sistematis, untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang menarik perhatian kita.

Dilihat dari jenis data yang diolah, ada dua jenis riset:
Riset primer: Mengumpulkan data yang sebelumnya tidak ada. Data itu, misalnya, dikumpulkan dari subyek riset dan hasil eksperimen.
Riset sekunder: Merangkum, membandingkan, dan atau mensintesiskan hasil riset yang sudah ada. Artinya, riset sekunder itu memanfaatkan hasil riset primer.

Dalam ilmu-ilmu sosial dan kemudian juga dalam disiplin-disiplin lain, dua metode riset berikut ini dapat diterapkan, tergantung pada hal-hal yang menjadi materi subyek, serta tujuan diadakannya riset tersebut.

Riset kualitatif (memahami perilaku manusia dan alasan-alasan yang menentukan perilaku tersebut)
Riset kuantitatif (penyelidikan empiris yang sistematis terhadap hal-hal dan fenomena yang bersifat kuantitatif, serta hubungan-hubungan di antara mereka).
Mengapa riset penting?

Dalam konteks kerja jurnalistik di media elektronik, seperti TV, riset menjadi penting karena berbagai manfaat yang dapat diperoleh:
1. Menambah pemahaman kita terhadap sebuah topik.
2. Mempermudah menentukan arah dan sudut pandang peliputan.
3. Menjadi pemandu bagi kita dalam memulai peliputan.
4. Menjadi alat pembantu dalam pengambilan gambar.

Jenis-jenis riset di Divisi News TV

Dilihat dari pihak yang melakukan riset, secara garis besar terdapat dua macam riset yang dilakukan di Divisi News TV. Dua macam riset ini berbeda dalam hal-hal yang diriset, jenis data yang diolah, dan tujuan diadakannya riset tersebut.

Pertama, riset yang dilakukan oleh staf RCD (Research Creative Development).
Kedua, riset yang dilakukan oleh para pengelola program di masing-masing program, baik bulletin maupun magazine. Pengelola program di sini bisa produser, asisten produser, reporter, camera person, atau PA (production assistant).

Riset oleh Staf RCD
Riset yang dilakukan oleh staf RCD secara umum bertujuan mendukung kinerja Divisi News dalam pencapaian target rating/share, yang telah ditetapkan oleh pimpinan TV. Target rating/share itu sendiri biasanya diputuskan dalam rapat kerja tahunan TV. RCD juga diminta mengevaluasi dan membantu pengembangan program yang sudah ada, serta perencanaan program-program baru.

Mempertimbangkan tujuan tersebut, maka yang dijadikan obyek riset oleh staf RCD adalah kinerja setiap program, yang bernaung di bawah Divisi News. 

Ukuran keberhasilan tiap program ini sangat jelas dan terukur, yaitu besarnya angka rating/share yang diperoleh. Data rating/share semua program ini secara berkala dipasok oleh lembaga pemeringkat dari luar, yakni AGB Nielsen Media Research Indonesia, kepada TV (dan stasiun-stasiun TV lain) selaku klien.

Dengan demikian, riset yang dilakukan oleh staf RCD pada dasarnya adalah riset sekunder, karena RCD tidak menghitung sendiri angka rating/share tersebut. Data rating/share yang diolah RCD adalah hasil riset/survei yang sudah ada, yang dilakukan oleh AGB Nielsen.

Untuk setiap program, pertanyaan yang bisa diajukan, misalnya:
Mengapa rating/share program itu naik? Mengapa pula turun?
Apakah kenaikan atau penurunan rating/share itu lebih dipengaruhi faktor internal (kemasan atau kualitas tayangan) atau faktor eksternal (tayangan TV kompetitor)?

Jika lebih dipengaruhi faktor internal, apa saja yang mempengaruhi? (pilihan host, talent, nara sumber, kualitas gambar, slot penayangan, narasi, alur cerita, pilihan lagu/backsound, pilihan topik/tema, dan sebagainya)

Pembenahan apa saja yang bisa dilakukan, untuk memperbaiki kinerja program tersebut di masa mendatang?
Tayangan program seperti apa, yang tampaknya menjadi tren atau sedang digemari khalayak penonton?
Dan lain-lain.

Riset oleh Pengelola Program


Riset yang dilakukan oleh pengelola program terutama bertujuan mendukung kinerja program bersangkutan, dalam pencapaian target rating/share yang telah ditetapkan pimpinan Divisi News TV. Jadi, cakupannya lebih terbatas ketimbang riset yang dilakukan staf RCD. 

Karena tujuan yang sifatnya lebih terbatas tersebut, obyek riset pengelola program umumnya adalah hal-hal konkret, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan operasional liputan. Ini terutama dirasakan untuk program-program magazine.

Hal-hal konkret itu, misalnya:


Dukungan content untuk pemilihan topik liputan episodik yang tepat, yang disesuaikan dengan segmen penonton yang dituju pada slot program bersangkutan.
Pemilihan narasumber, host, talent yang tepat, yang diperkirakan akan menghasilkan paket tayangan yang berkualitas.
Informasi untuk pemilihan lokasi dan waktu liputan yang tepat. Termasuk di sini perhitungan waktu, biaya, teknis-peralatan yang dibutuhkan, gangguan cuaca, dan potensi-potensi permasalahan lain di lapangan.

Logikanya, jika dukungan content lengkap dan pelaksanaan operasional liputan dapat berlangsung dengan baik, hal ini akan menghasilkan materi liputan yang memadai dan gambar yang baik. Hal-hal terebut akan berdampak pada kualitas program/tayangan yang dibuat (post-production), dan pada akhirnya, hasilnya akan tercermin pada angka rating/share program tersebut. Angka rating/share akan tinggi manakala penonton puas dengan tayangan tersebut.

Seperti juga riset yang dilakukan staf RCD, sebagian besar riset yang dilakukan pengelola program adalah riset sekunder. Informasi atau data yang dikumpulkan, dirangkum, diolah, dan dianalisis, adalah data yang tersedia secara meluas, terbuka, dan prinsipnya bisa diakses siapa saja di media massa. Data itu bisa diperoleh antara lain dari suratkabar, majalah, brosur, buku, situs web, blog, siaran pers, dan sebagainya. 

Berkat perkembangan yang pesat dari media online, mayoritas riset yang dilakukan adalah secara online (banyak media cetak yang juga sudah go online). Selain praktis, riset semacam ini juga murah, menghemat banyak biaya dan waktu, dan tidak memerlukan mobilitas pengelola media.

Hasil penjelajahan dari berbagai situs, surat kabar, atau info lain dirangkum menjadi outline atau TOR liputan, yang berisi latar belakang masalah, arah liputan, kebutuhan gambar dan grafis, serta nara sumber yang diperlukan.

Tentu saja, tidak semua hal bisa diriset melalui media online. Tak jarang, media online hanya menyediakan informasi yang terbatas, sehingga pengelola program harus mencari tambahan informasi dari sumber-sumber lain. 
Atau, bisa jadi juga, media online menyediakan informasi lama yang belum di-update, sehingga informasi itu tidak sesuai dengan kondisi lapangan, dan tidak bisa diandalkan. 

Ketika sebuah situs kuliner pada tahun 2008 memberitakan tentang sebuah restoran A, yang menyediakan menu istimewa B, bisa jadi restoran itu sekarang sudah tutup dan penutupannya tidak diberitakan. Kalau tanpa mengecek lebih dahulu, si reporter langsung tergesa-gesa berangkat meliput, bisa jadi dia hanya membuang-buang waktu, uang, dan tenaga secara sia-sia, karena terpaksa pulang tanpa hasil.

Ada beberapa langkah, yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekurangan informasi di media online itu, antara lain:

(1) Meminta bantuan kontributor atau koresponden TV di daerah, untuk mengecek atau mengkonfirmasikan informasi tertentu. Mereka juga bisa diminta bantuan untuk membuat janji liputan dengan nara sumber, dan sebagainya.

(2) Menggunakan jasa tenaga fixer. Fixer adalah orang luar, bukan karyawan TV, yang menawarkan jasa untuk membantu sebuah liputan. Mereka biasanya sudah punya kontak dengan beberapa nara sumber tertentu di daerah domisilinya, dan bisa membantu mencarikan nara sumber yang tepat untuk liputan topik-topik tertentu. Tentu saja, jasa ini harus dibayar (menambah biaya liputan). 

(3) Melakukan riset lapangan sendiri untuk melihat lokasi, menemui dan mewawancarai nara sumber (pra-liputan), mengecek biaya operasional, kebutuhan alat, dan sebagainya. Melakukan riset lapangan sendiri adalah yang terbaik, sebab reporter dan camera person adalah yang paling tahu tentang topik liputan dan konsep tayangan yang mau dibuat.

Contoh riset oleh pengelola program: 
Liputan untuk program Suara Dapil (magazine). Program ini berdurasi 30 menit, terbagi dalam 3 segmen, masing-masing segmen sekitar 7 menit (diselingi oleh dua commercial break, yang total break memakan durasi sekitar 9 menit).

Format program sudah jelas, yakni tiap segmen akan membahas isu yang berbeda, namun ada benang merah yang menghubungkan setiap segmen, sehingga setiap episode tampil secara utuh.

Misalnya, sudah dipilih topik tentang Dapil di Aceh.
Segmen 1: Lokasi  dan Konstituen Dapil di Aceh.
Segmen 2: Kegiatan Anggota dan Aspirasi masyarakat Aceh.
Segmen 3: Sosialisasi tugas DPR dan Pengawasan Pembangunan.

Nah, dari arahan yang sudah jelas ini, periset langsung mencari lokasi konstituen/dapil, kegiatan masyarakat yang akan diliput, serta nara sumber di Aceh yang bisa dihubungi. Tugas liputan semacam ini relatif sederhana, nara sumbernya juga terbuka dan mudah diakses, sehingga tidak terlalu membutuhkan bantuan koresponden atau fixer atau Tenaga Ahli (TA) anggota. 

Sebaliknya, bantuan akan dibutuhkan untuk liputan yang lebih rumit dan berisiko, misalnya, liputan investigatif atau sidak tentang peredaran senjata ilegal atau jaringan peredaran ganja di Aceh dalam tupoksi pengawasan terhadap kinerja perangkat Pemda dll.
Copyright zOe Production. Powered by Blogger.

Contact Us

Name

Email *

Message *

Lighting, editing